REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Di tengah-tengah heterogenitas masyarakat Singapura, ternyata negeri jiran ini juga memiliki deretan tokoh ulama yang karismatik dan disegani. Satu di antara kesekian nama yang mendapat tempat di hati umat Islam Singapura adalah Syekh Umar bin Abdullah al-Khatib.
Tak heran bila kepergian tokoh keturunan Yaman Selatan yang menghadap Sang Khalik pada 22 September 1997 itu menyisakan kedukaan yang mendalam bagi Muslim Negeri Singa Putih itu. Bahkan, dunia Islam ikut kehilangan sosok yang semasa hidupnya membaktikan diri untuk beribadah kepada Allah SWT dan beramal sosial terhadap sesama.
Tokoh kelahiran Tarim, Yaman Selatan, pada 1907 tersebut, terkenal dengan ilmunya yang luas. Masyarakat Muslim dari berbagai etnis di Singapura berbondong-bondong mengikuti kelas bimbingannya yang diadakan hampir setiap hari dan malam.
Kelas tadarusnya itu bahkan kemudian terkenal hingga ke mancanegara, dan juga diketahui oleh para ulama luar negeri. Bahkan, namanya masuk ke dalam deretan ulama yang wajib dikunjungi majelis taklimnya kala bertandang ke Asia Tenggara. Ada juga yang datang ke Singapura khusus untuk menemuinya atau mengambil ijazah atau sanad ilmu.
Menariknya, sekolah dan majelis yang ia kelola terbuka untuk umum dan gratis, alias tidak dipungut biaya. Walaupun begitu, rezeki dan hidayah dari Allah SWT senantiasa tetap tercurah datang kepadanya. Tidak hanya dari murid- muridnya, banyak masyarakat umum yang mengenalnya mengaju kan diri sebagai donatur.
Rezeki yang didapat, sering kali ia sumbangkan kepada keluarga miskin dan panti asuhan. Tak hanya di Singapura, tetapi juga pada keluarga miskin dan panti asuhan yang berada di negeri asalnya. Peran dan jasa Syekh Umar dalam menegakkan syiar Islam di Singapura sangat besar.