Rabu 19 Aug 2015 19:51 WIB

Kiai Maruf: Islam Nusantara Pertimbangan Kemaslahatan Umat

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin menjadi pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin mengatakan Islam Nusantara adalah Islam ahlussunnah wal jamaah yang mampu mengakomodasi tradisi dan kultur dengan pertimbangan kemaslahatan umat.

"Islam aswaja (ahlussunnah wal jamaah) ini seperti Islam yang dikembangkan oleh Wali Songo," kata Ma'ruf Amin pada diskusi "Islam Nusantara: Mengembangkan Sikap Toleran, Moderat, dan Maslahah" yang diselenggarakan Fraksi PKB DPR RI di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu (19/8).

Menurut Ma'ruf Amin, Islam Nusantara atau Islam Aswaja adalah Islam yang mengakomodasi tradisi dan kultur dengan mempertimbangkan kemaslahatan umat, serta tanpa kekerasan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

Akomodasi tradisi dan kultur bangsa Indonesia yang mashlahat tersebut, menurut dia, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama, serta tidak menimbulkan kegaduhan atau dishamoni bangsa.

Gerakan Islam Nusantara tersebut, kata Ma?ruf Amin, penting untuk terus disosialisasikan di tengah berkembangnya banyak paham keagamaan, seperti mu?tazilah, jabariyah, syiah, radikalisme dan lain-lain. "Islam Nusantara berbeda dalam cara berpikir dan berperilaku dengan umat Islam di Timur Tengah yang sering diwarnai tindak kekerasan," katanya.

Menurut Ma'ruf, dalam Islam Nusantara, paling tidak ada tiga hal yang menjadi indikator yakni, pemikiran, gerakan, dan amaliyah yakni cara berpikir moderat, tidak hanya berpegang pada teks tapi juga tidak liberal. Pemahaman umat Islam yang perpegang pada teks, kata dia, beranggapan mereka yang berperilaku di luar teks mala menyimpang dari Islam.

Sementara, dalam Islam Nusantara, kata Ma'ruf, ketika menghadapi masalah dan tidak ada dasarnya dalam teks yakni ayat-ayat dalam Al-Quran, maka dikaji lebih dahulu berdasarkan hadits, pendapat para ulama, dan sebagainya dengan pendekatan kebaikan, maslahat, istihsan dan selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Dia mencontohkan, acara halal bihalal, maulid Nabi Muhammad SAW, tahlilan, Rajaban, haul, peringatan tujuh hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan sebagainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement