Sabtu 15 Aug 2015 18:06 WIB

Imam Masjid Tolikara: tak Usah Sedih Berdakwah di Papua

Rep: c 94/ Red: Indah Wulandari
Ketua DPP PPP Ibnu Hajar Dewantara (kanan) dan Wasekjen PPP Sudarto (kedua kiri) bersama tokoh masyarakat Tolikara Pdt Marthen Jingga (kedua kanan) dan Ustad Ali Mukhtar (kiri) saling bersalaman di Karubaga, Tolikara, Papua, Kamis (23/7).
Foto: Antara/HO/kye
Ketua DPP PPP Ibnu Hajar Dewantara (kanan) dan Wasekjen PPP Sudarto (kedua kiri) bersama tokoh masyarakat Tolikara Pdt Marthen Jingga (kedua kanan) dan Ustad Ali Mukhtar (kiri) saling bersalaman di Karubaga, Tolikara, Papua, Kamis (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK -- Imam Masjid Tolikara Ali Muchtar menyemangati 30 dai Hidayatullah yang akan berdakwah di daerah pedalaman.

Dia mengisahkan pengalamannya berdakwah di wilayah terpencil di Papua.  Ada satu Insiden ketika umat Muslim di Kabupaten Tolikara terpaksa tidak bisa melanjutkan shalat Id. Ketika itu, kata dia, ia yang menjadi imam sudah melakukan takbir ke tujuh namun diserang oleh sekelompok masa.

"Dengan izin Allah SWT, tidak ada Muslim yang terkena oleh banyaknya lemparan batu,"ungkapnya dalam acara pelepasan dai di Pesantren Hidayatullah, Cilodong, Depok, Sabtu (15/8).

Secara akal manusia, kata Ali, puluhan batu jika dilemparkan kepada orang-orang yang sedang shalat berbaris rapat di lapangan bakal banyak korban yang terkena lemparan.

"Batu itu melintas di tangan saya, lalu melayang di hadapan wajah saya. Tapi, tak satupun terkena termasuk kepada jamaah yang shalat,"katanya.

Maka, Ali berpesan bahwa dalam berdakwah  jangan pernah menyerah sebelum berjuang. Sebab, katanya, Allah bersama umat yang bertawakal.

"Tidak usah sedih terutama yang ditempatkan di wilayah Papua.  Meski banyak bayangan bahwa Papua keras, tetapi itu tergantung manusianya yang bisa menempatkan diri dengan baik,"ungkap Ali.

Di Tolikara, Ali menambahkan, Islam adalah agama minoritas. Tetapi, Islam bisa diterima di Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement