REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Syafii Maarif (Buya Syafii) mengharapkan kepada keluarga persyarikatan Muhammadiyah agar tidak menjadikan politik sebagai tempat mencari nafkah.
"Saya harapkan kepada kader-kader Muhammadiyah kalau mau masuk politik agar menyehatkan ekonomi rumah tangga dulu. Jangan jadikan politik sebagai sumber penghasilan," ujar Buya Syafii pada Dialog Kebangsaan Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Unismuh Makassar, Rabu (5/8).
Dialog yang dipandu Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin tersebut juga menampilkan tokoh reformasi Prof Dr Amien Rais MA dan mantan Menteri Agama Malik Fajar.
Buya Syafii mengatakan tema muktamar "Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan" "gawat" karena Indonesia saat ini memiliki masalah yang komplek seperti demokrasi, HAM, parpol yang "rabun ayam" dan sepinya negarawan.
Buya Syafii juga berpesan kepada para orang tua agar tidak menghukum anak-anak muda karena sekarang ada proses Islamisasi secara kualitatif di kampus-kampus ternama seperti di UI dan ITB.
"Muhammadiyah sudah membantu bangsa ini, kadang-kadang negara tidak menghargai tetapi tidak apa-apa. Mencerdaskan bangsa itu tugas negara tetapi negara tidak mampu menangani sendiri sehingga membutuhkan peran swasta termasuk Muhammadiyah," katanya.
Menurut Buya Syafii negara sedang buta konstitusi karena itu jihad konstitusi perlu diteruskan siapapun pemimpinnya.
"Muhammadiyah jangan membikin parpol tetapi siapkan SDM yang jadi negarawan, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) kita banyak. Harus diarahkan kesana," katanya.
Buya Syafii juga bercerita saat bertemu seorang jenderal dia mengatakan sekarang harapannya tinggal kepada Muhammadiyah karena organisasi ini sulit diintervensi oleh negara.
Kendati banyak persoalan Buya Syafii meminta agar tidak berputus asa. "Dilorong sana masih ada secercah cahaya. Islam itu membangun peradaban bukan membangun kebiadaban," katanya.