Rabu 08 Jul 2015 18:31 WIB

Kemenag Otoritas Tunggal Penentuan Awal Ramadhan

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Agung Sasongko
 Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin (tengah), bersama Wamenag Nazaruddin Umar (kanan), dan Ketua MUI Din Syamsuddin saat sidang isbat penentuan 1 Syawal 1435 H di Kementerian Agama, Jakarta, Ahad (27/7).(Republika/ Yasin Habibi)
Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin (tengah), bersama Wamenag Nazaruddin Umar (kanan), dan Ketua MUI Din Syamsuddin saat sidang isbat penentuan 1 Syawal 1435 H di Kementerian Agama, Jakarta, Ahad (27/7).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Halaqah Falakiyah Nasional di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam, Pabelan, Kartosuro, Sukoharjo, berakhir. Kegiatan bertajuk 'Membumikan Ilmu Falak di Indonesia' menghasilkan sejumlah rekomendasi, guna pengembangan Ilmu Falak.

Menurut AR Sugeng, salah satu panitia Halaqah Falakiyah Nasional, Rabu (8/7), menyebutkan mendukung perlunya penyamaan persepsi untuk memberikan otoritas tunggal kepada Pemerintah RI, dalam hal ini Menteri Agama, tentang penetapan awal bulan Hijriyah di Indonesia terutama pada penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

Dan, penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah dengan mengadakan pertemuan, atau muktamar bersama yang diikuti pimpinan pondok pesantren dan pimpinan ormas se-Indonesia.

Mendukung perlunya adanya kesepakatan kriteria untuk penentuan kalender Hijriyah di Indonesia, termasuk untuk penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah untuk ukhuwwah wathaniyah dan ukhuwah Islamiyah di Indonesia. 

Juga merekomendasi perlunya menjadikan materi Ilmu Falak sebagai muatan ajar didik di tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dengan memadukan teoritik (hisab) dan observasi sebagai upaya kajian sains dalam Islam.

Dan, kegiatan semacam ini guna menyamakan persepsi tentang keberadaan kitab-kitab Falak di Indonesia untk lebih mendalam lagi. Oleh karenha itu, perlu adanya halaqah-halaqah di pondok pesantren yang mengkaji kitab-kitab falak tersebut.

Untuk meningkatkan kemampuan teoritik (hisab) dan observasi (pengamatan) lebih mahir, maka perlu adanya pelatihan berjenjang dari tingkat dasar sampai mahir dibidang hisab rukyat, baik yang berbasis klasik maupun berbasis kontemporer, dengan konsep al-muhafadhah ala qadim al-sholih wal ahdu biljadidil aslah.

Untuk menyamakan persepsi pentingnya perpaduan antara teoritik (hisab) dan observasi (pengamatan) dalam kajian Ilmu Falak, terutama dalam penentuan awal bulan Hijriyah di Indonesia, diperlukan pengadaan Observatorium Falak di pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini akan membangun peradaban ilmu yang berbasis sains di pondok pesantren.

Perlu ada acara bersama pakar untuk uji akurasi metode-metode hisab di Indonesia dengan mengadakan pengamatan bersama gerhana matahari yang terjadi pada 9 maret 2016 di daerah Provinsi Bangka Belitung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement