Ahad 31 May 2015 08:37 WIB

Keutamaan Dzikir Hauqalah

Ribuan Jamaat memadati Masjid Agung At-Tin untuk mengikuti Dzikir Nasional yang diadakan oleh REPUBLIKA, Rabu (31/12).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ribuan Jamaat memadati Masjid Agung At-Tin untuk mengikuti Dzikir Nasional yang diadakan oleh REPUBLIKA, Rabu (31/12).

Oleh: Imron Baehaqi, MA

Alquran dan Hadits Nabi Muhammad SAW  telah memerintahkan orang-orang  beriman agar memperbanyak dzikir, yaitu mengingat Allah SWT. Hal ini menunjukkan, bahwa dzikir memiliki fungsi dan keutamaan yang sangat besar.

Dzikir kepada Allah merupakan bentuk ibadah yang paling agung (QS. Al-Ankabut [27]:45);  mendatangkan manfaat (QS. Al-Dzariyat [51]:55),menenteramkan hati (QS. Al-Ra’du [13]:28), dan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan (QS. Al-Jumu’ah [63]:10.  

Dengan kata lain, dzikir ialah amal ibadah yang dapat menjaga dan meningkatkan konektivitas antara hamba dan Sang Penciptanya dengan baik.  Hamba yang ingat kepada Allah, maka Allah pun pasti ingat kepadanya (QS. al-Baqarah [2]:152).

Terdapat berbagai bentuk dzikir yang telah disyariatkan dalam Islam. Oleh karena itu, dalam implementasinya, dzikir memiliki makna yang begitu luas. Di samping dalam bentuk lisan, seperti tahlil, tasbih, tahmid, takbir, tilawah qur’an, shalat, dan semisalnya, dikenal juga dzikir dalam bentuk tindakan atau sering disebut sebagai dzikir fi’li, seperti mengajak kepada kebaikan,  mencegah kemungkaran, menolong kaum tertindas, membantu mensejahterakan kaum dhu’afa dan amal kebajikan sosial lainnya.

Menurut riwayat dari Ibn ‘Abbas, bahwa Rasulullah SAW menganjurkan umatnya supaya memperbanyak dzikir hauqalah, yaitu laa haula wa laa quwwata illaa billah (Tidak ada daya dan kekuatan melainkan kekuatan Allah).

Riwayat tersebut berkenaan dengan asbabun nuzul (sebab-sebab turun ayat) ayat tiga daripada  surah At-Thalaq yang berbunyi: “Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) hidupnya. Sesungguhnya Allah mengatur urusan yang dikehendakiNya. Sungguh Allah telah membuat ketentuan atas segela sesuatu.”

Alkisah, suatu hari Auf bin Malik menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Anakku ditawan musuh, ibunya pun sangat sedih. Apa yang harus aku lakukan wahai Rasulullah?”. Nabi SAW bersabda, “hendaklah kamu dan isterimu memperbanyak ucapan hauqalah, yaitu laa haula wa laa quwwata illa  billah.”

Isteri Auf pun berkata, “Alangkah baiknya perintah dan saran Rasulullah itu.” Kemudian mereka memperbanyak bacaan tersebut.  Sehingga tanpa disangka-sangka, suatu ketika musuh yang menawan anak mereka itu lengah. Si anak pun berhasil melarikan diri dari tawanan musuh sambil membawa beberapa ekor kambing milik sang musuh tadi.

Atas hal itu, turunlah ayat di atas. (HR. Ibnu Mardawaih). Ucapan hauqalah adalah salah satu bentuk ucapan dzikir yang diajarkan oleh baginda Nabi SAW. Efeknya, seorang Mukmin yang memperbanyak dzikir tersebut,  maka ia akan memperoleh pertolongan atas kesulitan yang dihadapinya.

Bahkan Rasulullah SAW mengibaratkan bacaan hauqalah ini laksana harta kekayaan Surga. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits dari Abi Musa, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Maukah kamu aku tunjukkan harta kekayaan dari sekian kekayaan Surga ?” Aku jawab: “Tentu wahai Rasul!” Beliau bersabda: “wa laa haula wa laa quwwata illaa billah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mencermati kekuatan dan keutamaan dzikir tersebut di atas, maka seberat dan sebesar apa pun masalah atau problematika hidup yang menimpa diri kita, tentu ada jalan keluarnya.  Tak terkecuali,  kesulitan demi kesulitan yang dihadapi bangsa kita saat ini.

Oleh sebab itu,selain memerlukan langkah-langkah strategis yang bersifat teknis, kekuatan dzikir kepada Allah tidak bisa diabaikan.

Sebab dziki-dzikir yang kita amalkan, seperti dzikir hauqalah yang diajarkan Rasulullah SAW di atas sejatinya dapat memudahkan turunnya pertolongan dari Allah. Pertolongan dan kebaikan (rezeki) yang tidak disangka-sangka.

Tentu, dzikir yang disertai ketaqwaan, keikhlasan dan kekhusuan. Di samping penuh harap, cemas dan rasa takut. Wallahu al-Musta’an.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement