Ahad 24 May 2015 08:42 WIB

Dua Pembeda Santri dan Pelajar

para santri asal Nuu Waar (Papua) yang tengah menimba ilmu di Pesantren Nuu Waar Bekasi, Jawa Barat
Foto: foto: damanhuri zuhri/republika
para santri asal Nuu Waar (Papua) yang tengah menimba ilmu di Pesantren Nuu Waar Bekasi, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memotivasi santri Pondok pesantren An Nahdlah, jalan Tinumbu, Makassar, Sulawesi Selatan.

"Membedakan santri dengan orang lain ada dua hal, pertama memiliki jiwa kemandirian dan kedua memiliki nilai keilhlasan pada dirinya, inilah yang menjadi jati diri seorang santri," katanya kepada ratusan santri di Masjid Nurul Ihsan Layang, Sabtu Malam.

Menurut dia santri adalah seorang yang mampu melakukan apa yang dibutuhkan dirinya tanpa melibatkan dan tergantung kepada orang lain, hal itulah yang membedakan santri kerena memiliki nilai kemandirian.

"Untuk nilai keikhlasan adalah menerima baik suka maupun duka meskipun bantuan atupun pertolongan belum datang namun tetap menerima secara ikhlas, bergitupun ketika mendapat masalah," ujar tokoh Nahdatul Ulama itu.

Kendati posisi pesantren berada di tengah kota dan diapit pemukiman penduduk, namun itu bukan menjadi halangan para santri terus menimbah ilmu umum maupun agama untuk dapat hadir di tengah masyarakat dalam menjalankan perannya.

Dirinya juga berpesan kepada seluruh santri yang ada di Sulawesi Selatan agar terus bersemangat menambah ilmu pengetahuan serta tidak perlu ragu apalagi berfikir masa depan akan jadi apa kelak, karena itu akan berjalan dengan sendirinya.

"Kalian tidak perlu takut dan berfikir masa depan mau jadi apa, jalan saja asalkan menjadi baik. Saya sendiri pun tidak pernah bermimpi menjadi menteri, tetapi Tuhan itu maha adil," paparnya.

Anak dari mantan Menteri Agama ke-9 Saifuddin Zuhri itu menyarankan kepada seluruh santri untuk melakukan tiga hal yakni, pertama tetap belajar, kedua terus belajar dan ketiga utamakan belajar. Tentunya itu, lanjut dia, akan menjadi bekal di masyarakat nantinya dalam menebarkan kemaslahatan atau ilmu-ilmu kebaikan.

"Modal utama kalian adalah belajar dan terus belajar, mengenai masa depan mau jadi apa, tetap kalian upayakan tentunya itu semua ada jalannya, teruslah belajar," ujarnya kembali berpesan.

Sementara Pimpinan Pondok Pesantren, Dr KH Afifuddin An Nahdlah pada kesempatan itu menyebutkan, saat ini jumlah santri sebanyak 750 orang dan terbanyak di antara pesantren lainnya di Sulsel.

"Sejak hadirnya pesantren ini, tingkat kriminalitas di sini menurun karena berada di tengah kota dan pusat aktivitas masyarakat, semua santri rata-rata orang sini dan tidak ada pemondokan mereka pulang masing-masing ke rumahnya. Tetapi tetap kembali belajar sesuai jam pelajarannya," ujarnya.

Selain itu, dirinya juga berharap kepada Pemerintah Pusat untuk dapat memberikan bantuan pembagunan, mengingat bangunan yang sudah ada dibangun atas bantuan swadaya orang tua satri dan sumbagan dari dermawan.

"Kami sudah mengajukan proposal di Kementerian Agama untuk kelanjutan pembangunan yang belum terselesaikan. Saya berharap Pak Menteri bisa menjadikan ini prioritas, terus terang anggaran kami sangatlah terbatas. Mengingat tidak ada pembayaran sekolah yang kami pungut dari santri hanya sumbangan seikhlasnya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement