REPUBLIKA.CO.ID,Aksara pegon lahir dari proses penerimaan kreatif umat Islam di Jawa terhadap sistem aksara Arab. Aksara ini merujuk pada sistem aksara Arab yang digunakan untuk menulis teks bahasa Jawa. Pegon hampir sejenis dengan aksara Jawi yang digunakan untuk menulis teks berbahasa Melayu.
Th. Pigeaud dalam Literature of Java Vol. 1 menyebutkan, pegon berarti wryness atau obliquity yang berarti 'sesuatu yang berkesan menyimpang'. Para sejarawan belum dapat menyimpulkan siapa yang pertama-tama mengenalkan aksara ini, namun aksara ini telah berkembang di kalangan santri pada abad ke-16.
Aksara ini memiliki kedudukan penting dalam tradisi tulis di kalangan para santri Jawa, sebagai sistem aksara kedua setelah Arab.
Peneliti Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Syamsul Hadi dalam Jurnal Humaniora II/1995, mengemukakan, jika hampir semua khazanah keagamaan di Jawa seperti suluk, pensyarahan kitab kuning, terjemahan nadhoman, jenggotan, dan syi'ir ditulis dengan aksara pegon.
Penulisan aksara pegon biasanya memakai jenis khat naskhi, tsulutsi, dan riq'i, tidak ada jenis tulisan Arab model Jawa. Ada dua variasi tulisan pegon, yakni pegon berharakat dan pegon gondhil yang tidak berharakat.