REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Maraknya berbagai dakwah yang dilakukan oleh ustaz maupun tokoh agama Islam melalui media sosial seperti Facebook maupun Twitter dinilai efektif jika akun mereka banyak menyimak, namun kualitasnya belum terjamin.
"Kalau dainya populer dan punya banyak followers maka dakwahnya akan lebih efektif karena dibaca," kata Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Prof Hasanuddin AF, akhir pekan lalu.
Faktor efektivitas dakwah lainnya, yakni isi materi, segmen audiens, juga dai-nya. Hasanuddin pun membandingkannya dengan cara konvensial secara tatap muka di masjid. Menurutnya, obyek dakwah lebih jelas dengan cara konvensional.
Di masjid, ujarnya, segmen dakwah lebih jelas. Sementara di jejaring sosial terdapat banyak users maupun followers. Sehingga segmennya variatif dengan kelebihannya bisa lebih membaca isi dakwah lebih baik.
“Maka, bisa jadi dakwah di Twitter jadi lebih efektif dari pada di masjid. Tapi, ini semua tergantung dengan situasi dan kondisi. Kalau tweet dai tersebut tidak banyak yang membaca berarti kurang efektif," ujarnya.