Kamis 15 Jan 2015 22:50 WIB

Soal Charlie Hebdo, Muhammadiyah: Bisa Rekayasa dan Bisa Juga Tidak

Rep: c13/ Red: Agung Sasongko
Salah satu edisi majalah Charlie Hebdo.
Foto: Stripsjournal
Salah satu edisi majalah Charlie Hebdo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa penyerangan Kantor Surat Kabar Charlie Hebdo telah mengguncang umat Islam di dunia termasuk Indonesia. Berbagai tanggapan pun bermunculan, salah satunya, Muhammadiyah.

Latar belakang penyerangan Charlie Hebdo memang dipastikan karena adanya unsur balas dendam. Namun sebagian masyarakat menduga adanya rekayasa atau konspirasi. Ini dilakukan sebagai upaya untuk memojokkan Islam.

Pendapat tersebut pun memperoleh tanggapan dari Muhammadiyah. Menurut Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi. Anwar berpendapat peristiwa ini bisa jadi hasil rekayasa untuk merusak Islam.

"Bisa rekayasa dan bisa juga tidak," ungkap Anwar kepada ROL, Kamis (15/1). Anwar menyatakan, peristiwa itu jelas terjadi akibat dari tidak ada dan tidak tegaknya etika dalam pergaulan. Menurutnya,semestinya dalam pergaulan sehari-hari, masyarakat  bisa menjunjung tinggi sikap. Maksudnya, menjunjung sikap saling hormat dan menghormati.

Anwar menilai Charlie Hebdo sepertinya tidak menghiraukan rasa hormat itu. Oleh karena itu, katanya, semua yang telah mereka alami merupakan buah dari yang telah mereka lakukan.

Jadi menurut Anwar, orang-orang di Barat itu lebih menghormati kebebasan yang kebablasan daripada jiwa manusia. Semestinya barat juga perlu mengingatkan media. Ini dilakukan agar mereka menghormati hak-hak asasi manusia dan kewajiban-kewajiba asasi manusia.

Anwar menegaskan, dalam pergaulan sehari-hari,  tidak hanya hak asasi manusia yang harus diperhatikan. Namun, lanjutnya, kewajiban asasi manusia juga harus diperhatikan. Ini perlu dilakukan agar hidup bisa lebih tenang dan damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement