REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menjelang dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, pondok pesantren di Jawa Timur harus sanggup go ASEAN. Pesantren di Jatim harus aktif berhubungan dengan pesantren atau lembaga pendidikan lain di ASEAN. Sebab, enam sasaran yang disepakati di dalam MEA, salah satunya adalah konektivitas.
Hal tersebut diutarakan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf pada Workshop dan Lokakarya Pesantren Menyongsong MEA 2015, di Hotel Pelangi Malang, Jumat (28/11).
Menurut Saifullah, dalam kesepakatan MEA, yang akan keluar masuk adalah arus barang, orang, jasa, investasi dan arus modal. Lima hal itu yang akan keluar dan masuk ke Indonesia lebih mudah.
Menurut Saifullah, pesantren merupakan modal bangsa dalam mencetak sumber daya manusia yang kompetitif, termasuk di tingkat ASEAN. "Saya ingin pesantren go ASEAN. Dulu, masyarakat Malaysia dan Singapura banyak yang belajar di pondok pesantren di Indonesia. Sekarang saya ingin kembali banyak masyarakat luar negeri belajar di Pondok pesantren di Indonesia,” ujar dia.
Menurut Saifullah, di bidang ekonomi, daya saing Indonesia belum sepenuhnya memuaskan. “Yang penting, jangan sampai Indonesia menjadi banjir barang dan jasa, sementara Indonesia belum ekspansi produksinya ke luar,” kata Saifullah.