Selasa 21 Oct 2014 17:29 WIB

Makna Holistis Silaturahim: Silaturahim dengan Diri Sendiri (2-habis)

Manusia menjadi satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan kedua tangan Tuhan.
Foto: Antara/Feny Selly/ca
Manusia menjadi satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan kedua tangan Tuhan.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar     

Seruan untuk menjalin silaturahim antara berbagai unsur di dalam diri manusia diisyaratkan dalam beberapa ayat, antara lain, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka, tidakkah kamu berpikir?” (QS al-Baqarah [2]: 33).

“Maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS al-Najm [53]: 32).

Ayat lain menyatakan, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari dalam dirimu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS al-Rum [30]: 28).

Ayat terakhir ini sering dialamatkan kepada pasangan pengantin baru, tetapi sesungguhnya bisa juga dimaknai pasangan-pasangan di dalam diri sendiri. Pasangan di dalam diri sendirilah yang harus terlebih dahulu hidup sakinah dan mawadah jika hendak hidup sakinah dan mawadah dengan orang lain.

Perhatikan ayat perjanjian primordial kita dengan Tuhan yang mengatakan, “Alastu birabbikum qalu bala syahidna, an taqulu yaum al-quyamah inna kunna ’an hadza gafilin. (Bukankah Aku ini Tuhan kalian?)."

Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami adalah (lapis-lapis) diri yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).’” (QS al-A’raf [7]: 172).

Ayat ini menggunakan kata ganti jamak (kum dan nahnu), menunjukkan dalam diri manusia terdapat beberapa unsur yang harus solid. Sedemikian penting silaturahim internal diri manusia sehingga Tuhan menegaskan perlunya bersikap adil dalam diri sendiri (QS al-Nisa’ [4]: 135).

Perhatikan pula doa Nabi Musa dalam Alquran, “Rabbi inni zhalamtu nafsi fagfirli (Tuhanku, sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampuni aku).” (QS al-Qashash [28]: 16).

Kita pun sering berlaku tidak adil dan menganiaya unsur-unsur diri kita yang lain. Karena itu, Tuhan mengingatkan kita, “Wa fi anfusikum afala tubshirun? (Dan pada dirimu sendiri, apakah kamu perhatikan)?” (QS al-Dzariyat [51]: 21).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement