Sabtu 08 Nov 2014 13:59 WIB

Haji Perspektif Syariah, Tarekat, dan Hakikat (9)

Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Musiron/ca
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Belum banyak dibahas apa rahasia di balik penyebutan kata Makkah dan Bakkah sebagai nama tempat di mana Rumah Allah (Baitullah) dibangun. Kata Makkah dan Bakkah Keduanya masing-masing disebutkan hanya sekali di dalam Alquran.

Kata Makkah disebutkan dalam ayat, “Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Makkah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan adalah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Fath [48]:24).

Sedangkan, kata Bakkah disebutkan dalam ayat, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali 'Imran[3]:96).

  

Secara harfiah, kata Makkah berasal dari akar kata Makka-yamukku-makkan, berarti menghisap, menyedot. Di dalam kamus utama bahasa Arab, Lisan al-Arab, karya monumental Ibn Mandhur (15 jilid) menjelaskan bahwa kata makka searti dengan mashsha-yamushshu-mashshan berarti mengisap atau menyedot, seperti dalam kata Imtashsha jami' ma fihi wa syaribah kullih (mengisap dan menyedot semua apa ada yang di dalam).

Tukang bekam (pengobatan dengan menyedot darah kotor) disebut al-mashshash atau al-hajjam. Para hujjaj disebut mushashah karena tersedot di dalam pusat gravitasi spiritual, Ka'bah atau Baitullah. Setelah disedot segala dosa dan menjadi dekat, sedekat-dekatnya kepada Allah SWT maka manusia merasa plong, bebas.

Inilah salah satu sebab mengapa Ka'bah disebut dengan Bait al-'Atiq (rumah pembebasan) karena bisa membebaskan seseorang dari kungkungan dosa dan kesalahan yang mengurung dirinya.

  

Menurut Imam Al-Gazali, Ka'bah merupakan pusat gravitasi spiritual. Semenjak Ka'bah dibangun, tidak pernah berhenti diputari oleh manusia dan makhluk spiritual seperti jin dan malaikat. Mereka juga ikut berthawaf disekeliling Ka'bah. Ibarat sebuah turbin yang selalu hidup dan aktif mengalirkan dan memancarkan energi batin.

Energi di sekitarnya bisa meluruskan jalan pikiran yang bengkok, melunakkan hati yang keras, dan memutihkan hati yang kotor. Energi Ka'bah juga bisa menyedot dan menghisap para jamaah haji dan umrah ke dalam lingkaran pusat magnet spiritual. Seolah-olah pusat magnet ini mampu menyedot seluruh dosa dan kotoran para tamu Allah Yang Maha Pengasih (dhuyuf al-Rahman).

Wajar jika dikatakan di dalam hadis Nabi bahwa satu shalat di samping Ka'bah sepadan dengan 100 ribu kali shalat di luarnya. Orang yang shalat di dalam radius inner circle Ka'bah bagaikan berada di dalam lautan berkah. Inilah sesungguhnya yang disebut dengan Makkah yang penuh berkah (Bakkah mubarakah) pada surah Ali 'Imran ayat 96.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement