Jumat 17 Oct 2014 14:51 WIB

Bakti Zulhana dalam Merawat Suami: Ini Ladang Pahala Saya

Zulhana bersama Suami, Fahmi Yunus
Foto: Badan Wakaf Alquran
Zulhana bersama Suami, Fahmi Yunus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fahmi Yunus (42 tahun) terus menerus merintih kesakitan. Sementara Zulhana (37 tahun), istrinya, selalu dengan sigap mengurus segala keperluan suaminya.

Sejak Fahmi masuk rumah sakit lagi, karakternya berubah menjadi lebih temperamen, telat sedikit mendapatkan oksigen, ia bisa marah-marah. Namun dengan sabar, Zulhana tetap memasangkan alat bantuan nafas dari tabung oksigen ke wajah Fahmi, lalu mengusap keningnya dan menenangkannya. Subhanallah...

Fahmi yang mengidap gagal ginjal sejak empat tahun lalu sempat hidup ‘normal’ selepas operasi cimino pada Desember 2013 dengan berangkat ke rumah sakit sendiri ---menggunakan sepeda motor sepekan dua kali untuk cuci darah di salah satu rumah sakit di Cikini, Jakarta.

Namun, sejak Juni lalu, ia kerap mengalami sesak nafas. “Kata dokter, suami saya mengalami komplikasi, lantaran banyak cairan di perut dan infeksi, hati juga mulai membengkak dan infeksi juga menjalar ke paru-paru, kalau tidak pakai oksigen dia tidak bisa bernafas,” ungkap Zulhana.

Maka, sejak saat itu, Fahmi tidak dapat hidup ‘mandiri’ lagi dan nafas pun kerap dengan bantuan oksigen tabung dan berangkat cuci darah menggunakan taksi diantar istri.

Karena harus selalu melayani Fahmi, praktis pekerjaan Zulhana yang sebagai penjahit bordir pun sering terbengkalai. Uang zakat yang didapat menjelang lebaran sudah habis untuk biaya merawat suami yang bila dirata-ratakan per hari butuh biaya Rp 200 ribu itu.

“Dan maaf banget, uang buat kontrakan dari BWA yang Rp 6 juta kemarin juga saya pakai buat oksigen,” ungkapnya yang merasa bersyukur juga karena pemilik kontrakkan bertoleransi tidak mengusirnya dari rumah kontrakan di gang HS, Pamulang Barat, Tangerang Selatan.

Zulhana menyadari penyakit suaminya sangat parah dan sulit disembuhkan. Ketika ditanya apakah pengobatan suaminya akan dihentikan, berulang kali ia mengusap air mata. Namun ia tidak dapat membendung, sehingga air mata menetes deras melewati pipi.

“Saya tidak mau menghentikan pengobatan. Saya akan terus berusaha walau pun harus mengemis  sana-sini untuk mengobati suami saya, karena manusia hanya bisa berusaha, yang menentukan sembuhtidaknya kan Allah,” jawabnya sambil menyeka air mata.

Ketika ditanya apakah pernah terlintas untuk meninggalkan suaminya, ia pun menggelengkan kepala, lalu menjawab sambil terbata-bata: “Ini sudah takdir saya... Saya akan terus... terus... menjaga dan merawat sampai akhir hayat.... Ini ladang pahala saya...”

Selain jadi ladang pahala Zulhana, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslimin untuk menjadikan ini sebagai ladang pahala kita semua dengan berzakat dan donasi kepada keluarga Fahmi melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP) untuk enam bulan ke depan. Sehingga kewajiban zakat mal tertunaikan dan beban Zulhana pun terkurangi.

#YukBantu ringankan beban #Zulhana! Hadirnya mereka menjadi ladang pahala untuk kita semua agar peduli kepada sesama. Klik disini! http://goo.gl/2fHaZz

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement