Sabtu 11 Oct 2014 13:03 WIB

Dai Muda Aqabah Dibekali Ilmu Jurnalistik

Rep: irwan kelana/ Red: Damanhuri Zuhri
Mayor Lek M Abdullah ST MM, salah satu peserta pelatihan jurnalistik dai muda Aqabah
Foto: foto: damanhurizuhri/republika
Mayor Lek M Abdullah ST MM, salah satu peserta pelatihan jurnalistik dai muda Aqabah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Yayasan Aqabah Sejahtera bekerja sama dengan PT Radiks menggelar pelatihan jurnalistik untuk para da’i muda yang tergabung dalam Tareqat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) Cabang Jakarta.

Pelatihan yang diikuti 17 peserta dari berbagai daerah di ibu kota Jakarta dan sejumlah daerah seperti Tasikmalaya dan Semarang itu diadakan di Masjid Al-Mubarak, Jalan Balai Pustaka Baru, Rawamangun, Jakarta, Timur, Sabtu (11/10).

Pelatihan diisi jurnalis dari Harian Republika, yaitu Damanhuri Zuhri dan Irwan Kelana. Bukan sekadar belajar teori jurnalistik, para peserta pelatihan itu lansung praktik menulis.

Ketua Yayasan Aqabah Sejahtera sekaligus Direktur PT Radiks Nugraha Ramadhan mengatakan dakwah lewat tulisan sangat penting.

“Karena itu Yayasan Aqabah Sejahtera bersama Radiks  aktif menggelar  pelatihan untuk para kader dakwah, terutama di bidang jurnalistik dan penulisan,” ujar Nugraha.

Dalam kesempatan tersebut, Damanhuri Zuhri yang lebih 20 tahun menjadi jurnalis Republika mengemukan, dakwah billisan (ceramah), bisa menjangkau jamaah mungkin puluhan, ratusan atau ribuan orang.

“Tapi dakwah melalui tulisan, baik media massa, blog, sosial media, maupun buku bisa dibaca ratusan ribu orang, bahkan jutaan orang. Tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri, misalnya melalui media online,” ujar wartawan yang berpengalaman melakukan berbagai liputan di dalam dan luar negeri tersebut.

Karena itu, dakwah melalui tulisan menjadi sangat penting dalam rangka syiar Islam. “Banyak da’i kita yang berdakwah ke berbagai peloksok di Tanah Air, bahkan juga dunia, namun masyarakat tidak mengetahuinya, karena kegiatan tersebut tidak diberitakan. Padahal kalau diberitakan, kegiatan tersebut menjadi syiar dakwah sekaligus inspirasi bagi banyak orang,” paparnya.

Damanhuri mencontohkan dua ulama yang juga penulis produktif. Pertama, Buya HAMKA (alm), seorang ulama besar tingkat Asia Tenggara yang telah menulis dan menerbitkan sekitar 120 judul buku di bidang tasawuf, tafsir, sejarah maupun roman, seperti Tasawuf Modern, Tafsir Al-Azhar, Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Semasa hidupnya, ia juga aktif menulis kolom Mata Hati dan Tanya Jawab Islam di Majalah Panjimas.

Contoh kedua, Ustadz Yusuf Mansur. Ia merupakan da’i muda yang sangat aktif menulis, baik buku, artikel maupun kolom. Sudah puluhan buku yang ditulisnya, terutama di bidang kajian Islam, antara lain Mencari Tuhan Yang Hilang, Kun Fayakun, dan lain-lain.

Ia juga aktif mengisi rubrik Hikmah Harian Republika dan menulis kolom di media-media lainnya. Yusuf Mansur juga aktif menulis materi Kuliah Online. Bahkan ia juga aktif meng-uplod kegiatan dakwahnya melalui You Tube. 

Berbagai kegiatan Yusuf Mansur di dalam maupun luar negeri juga diberitakan antara lain melalui Laporan Kegiatan Yayasan Darul Qur’an Nusantara yang dimuat di Harian Republika setiap Jumat dan media lainnya.

“Kedua ulama tersebut merupakan contoh, bahwa menulis merupakan salah satu cara berdakwah yang sangat efektif dan massif,” tutur Damanhuri.

Damanhuri menyampaikan prinsip pelatihan jurnalistik, yakni 5W 1H, yakni What (apa kejadiannya), Who (siapa orangnya), When (kapan kejadiannya), Where (di mana kejadiannya),  Why (mengapa) dan How (bagaimana  suasana kejadian/peristiwanya).

Ia juga menyebutkan beberapa unsur berita, yakni aktual (terbaru, baru saja terjadi), faktual (sesuai fakta atau kenyataan), penting (menampilkan kepentingan orang banyak atau tentang orang penting), dan menarik (menimbulkan rasa ingin tahu pembaca).

Para peserta kemudian berlatih langsung praktik menulis berita. Berita tersebut dibacakan di depan forum dan dibahas bersama-sama.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement