REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Trudi Best merupakan seorang mualaf asal Eropa. Sebelum memeluk Islam, dia terbiasa melihat budaya individualis dan enggan melakukan sesuatu tanpa dasar nilai matrealistik. Maka, begitu takjubnya ia ketika mendengar tatkala seorang Muslim mengerjakan sesuatu dengan tujuan karena Allah semata.
Dilansir di About Islam, Kamis (22/12/2022), secara umum, jika Anda orang Eropa atau Barat, Anda akan terbiasa dengan masyarakat yang terkotak-kotak. "Kami menyukai ruang kami dan kami menyukai privasi kami. Itu bukan untuk mengatakan bahwa kami tidak suka bersosialisasi karena kami menyukainya, tetapi kami menyukainya dengan persyaratan kami," kata Trudi.
Diketahui bahwa beberapa kota terbesar di dunia juga paling sepi. Kerumunan orang asing terus-menerus berpapasan, tidak ada yang tersenyum atau berbicara. Dalam beberapa kasus, orang bahkan tidak berbicara dengan tetangga mereka.
Maka ketika Trudi masih kecil, dia bercerita, jalan tempat tinggal neneknya adalah sarang aktivitas. Tidak ada yang mengunci pintu depan dan tetangga akan keluar masuk rumah masing-masing. Mereka akan saling membantu di saat-saat sulit dan selalu ada untuk satu sama lain.
"Kami sepertinya telah kehilangan ini. Jadi ketika saya menjadi Muslim, saya sangat tertarik ketika mendengar orang mengatakan bahwa mereka melakukan sesuatu demi Allah atau mencintai seseorang karena Allah," kata Trudi.
Apa artinya mencintai seseorang karena Allah? Sifat Cinta romantis juga cepat berlalu dalam masyarakat modern; itu bahkan telah dikurangi menjadi lebih sederhana jika menemukan cinra lewat aplikasi smartphone.
"Bagi kita yang telah menerima Islam atas kemauan sendiri, banyak yang memiliki pacar. Kami senang menyesuaikan diri. Kami mencintai hanya jika cinta yang dikembalikan itu cukup baik untuk kami. Jika tidak, kami pindah. Cinta Karena Allah," kata dia.
Contoh terbaik yang bisa kita berikan di dunia ini adalah cinta yang dimiliki orang tua untuk anaknya. Apa pun yang Anda lakukan untuk anak Anda, Anda tidak mengharapkan imbalan apa pun kecuali kebahagiaan mereka. Apakah kita mengakuinya atau tidak, kita mengharapkan sesuatu kembali.
"Jika kita melakukan kebaikan untuk seseorang, kita mengharapkan balasannya. Paling tidak, kami mengharapkan terima kasih. Tapi ini tidak harus menjadi sifat cinta antara Muslim," ujarnya.