Senin 11 Aug 2014 13:15 WIB

Puasa: Perspektif Syariah, Tarekat, dan Hakikat (6)

Berbuka puasa bersama di salah satu masjid di Jakarta.
Foto: Republika/Yasin Habibi/ca
Berbuka puasa bersama di salah satu masjid di Jakarta.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Perspektif Syariah sangat menekankan aspek formal puasa itu dengan kedisiplinan terhadap asas rukun dan syarat puasa.

Sedikit apa pun pelanggaran rukun dan syarat puasa akan berakibat fatal atau terancam batalnya puasa itu.

Di dalam kitab Fath al-Mu’in dicontohkan, jika seseorang akan memasukkan benang ke dalam jarum biasanya dibasahi dengan air liur dengan menjilat ujung benang itu, agar tegak dan gampang memasukkan ke dalam lubang jarum.

Jika benang itu benang putih tidak mengancam batalnya puasa. Akan tetapi jika benang itu berwarna dan lunturannya bergabung dengan air liur masuk ke dalam tenggorokan maka itu mengancam batalnya puasa.

Dalam perspektif tarekat sudah beranjak dari level fomal dan memasuki wilayah hikmah lebih mendalam di balik puasa. Sesuai dengan namanya, Ramadhan, menurut bahasa berarti membakar dan menghanguskan. Salah satu puasa yang paling penting ialah puasa bulan Ramdhan.

Selain menunaikan kewajiban puasa Ramadhan yang merupakan salah satu rukun Islam itu, diharapkan dengan puasa ini mampu menghanguskan dosa-dosa masa lampau, mulai dosa kecil sampai dosa besar.

Puasa Ramadhan diharapkan pula mampu membakar semangat jihad, ijtihad, mujahadah, dan semangat riyadhah, yang pada saatnya membantu kita untuk mencapai tingkat kedekatan diri dengan Allah SWT.

Dalam perspektif hakikat, kedua lapisan tersebut sudah dilalui. Puasa bagi komunitas ahli hakikat sudah tidak menekankan keistimewaan luar biasa, termasuk keutamaan bulan Ramadhan. Betapa tidak, karena kehidupan sehari-harinya sudah sedemikian akrab dengan puasa, dengan kata lain puasa sudah menjadi habit-nya.

Bagi mereka puasa bukan hanya menahan lapar, dahaga, dan hubungan suami istri, sebagaimana telah diuraikan dalam artikel terdahulu, tetapi puasa sudah lebih merupakan wacana spiritual (batiniah). Puasa bagi mereka seperti puasa sepanjang masa (daim).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement