Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Menurut Baron Omar Ehrenfels, objek yang didiktekan langsung oleh Allah SWT untuk dibasuh pada saat mengambil air wudhu, yaitu daerah muka, tangan, dan kaki, ternyata itu simpul-simpul saraf paling sensitif.
Merangsang anggota badan tersebut dengan air sejuk maka akan menimbulkan kesegaran dan kesejukan psikis yang memudahkan seseorang berada dalam keadaan tenang atau khusyuk dalam bahasa Islam.
Sentuhan air segar juga bisa menurunkan gelombang frekuensi otak dari suasana beta ke alfa, kondisi otak yang lebih memungkinkan seseorang untuk fokus (khusyuk).
Komentar Prof Omar Ehrenfels, sebagaimana dikutip di dalam disertasi Dr H Ahmad Ramali tentang konsep wudhu dalam Islam, di antaranya:
“Pada peristiwa ini daya tubuh itu dipengaruhi oleh berbagai gerak, sikap, dan perlakuan yang tertentu pada muka, tangan, dan kaki. Penyucian ini bisa mengistirahatkan pusat saraf dari gelisah sehingga mencapai kondisi pemusatan pikiran. Urat-urat di sebelah dahi, tangan, dan kaki sangat peka.”
Dengan berwudhu, Ehrenfels mengungkapkan, akan membuat saraf yang peka tersebut selaras dengan pusat kesadaran.
Dengan wudhu yang memakai niat dan doa maka ada persiapan, perubahan pemusatan menuju rohani. Sehingga, getaran jiwa akan mengikuti hukum alam. Ia menyayangkan masih banyak Muslim yang menganggap wudhu hanya penyucian tubuh semata.
Subhanallah, ternyata benar semua perintah dan larangan Allah SWT sesungguhnya tidak untuk diri-Nya, tetapi kembali kepada kemaslahatan manusia sendiri.
Apa yang diperintahkan ternyata mendatangkan maslahat dan apa yang dilarang ternyata mendatangkan mafsadat bagi manusia. Saatnya kita menyadari dan mengindahkan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya jika kita menghendaki keselamatan dan kebahagiaan abadi. Wallahu a’lam.