Jumat 13 Jun 2014 23:36 WIB

Tak Kenal Lelah Berdakwah Menjelajah Pedalaman

Ustaz Yusuf Suraji
Foto: BMH
Ustaz Yusuf Suraji

REPUBLIKA.CO.ID, -- Umurnya sudah tidak muda lagi. Tapi bicara semangat dalam dakwah, lelaki yang memiliki 11 putra dan 9 cucu ini masih bisa diadu. Di usianya yang menginjak 58 tahun, ia masih terus aktif berdakwah dari satu tempat ke tempat lain.

Jarak yang ditempuh pun tidak bisa dibilang dekat. Ambillah contoh untuk menempuh perjalanan dari Balikpapan ke Batu Kajang (Kab. Paser). Lelaki yang rambutnya sudah memutih itu harus naik motor, kemudian naik klotok (kapal kayu) dan disambung dengan naik angkutan umum. Rangkaian perjalanan itu belum juga membuatnya sampai tujuan. Untuk mencapai lokasi ia harus naik ojek lagi.

Total jarak yang harus ia tempuh mencapai 140 kilometer dengan durasi waktu selama lima jam.

Ustaz Yusuf Suraji, demikian ia biasa dipanggil. Ia satu di antara santri awal Hidayatullah Gunung Tembak. Perkenalannya dalam dunia dakwah dimulai sejak remaja, tepatnya sejak tahun 1973.

Dalam perjalannya ia telah banyak merasakan asam garam dalam dakwah. Berbagai tempat di Nusantara pernah menjadi daerah tugasnya untuk mendirikan pesantren Hidayatullah.

Di wilayah Kaltim ia menjelajahi Samarida, Berau, Tarakan, lalu ke wilayah timur Indonesia seperi Ambon, Ternate, Palu, Serui, Manokwari. Setelah melalang buana di wilayah timur nusantara, Ustaz Yusuf kembali ke Balikpapan. Di kota kelahirannya ini ia terus menancapkan dakwah. Hari-harinya ia isi dengan amal kebaikan.

Sudah bertahun-tahun BMH mengandeng ustaz Yusuf untuk mengisi pembinaan keagamaan, seperti majelis taklim untuk warga binaan lembaga pemasyarakatan ataupun pengajian untuk karyawan perkantoran. Beliau adalah contoh bagaimana generasi awal pendiri pesantren Hidayatullah tak kenal kata pensiun untuk menebar rahmatan lil ‘alamin.

Apa yang membuat ia selalu antusias untuk berdakwah?

“Kita hidup ini kan hanya untuk mencari ridho Allah dan rahmat Allah. Ya, salah satunya dengan menyerap semangat bagaimana para sahabat Nabi ketika mendengar wahyu. Satu mereka dengar, satu pula mereka sampaikan. Jadi ayat yang kita hafal, pelajari dan kita coba sampaikan serta kita laksanakan itu ruhnya dapat,” ujar ustaz Yusuf Suraji.

Sekelumit kisah ustaz Yusuf mengambarkan pengorbanan dan pengabdian. Di pedalaman mereka mengabdi dan terus berkarya, tak letih mengukir kisah mengantar hidayah.

Saatnya sebagian harta yang kita miliki menjadi bagian untuk membantu mencerahkan hati dengan hidayah bagi saudara-saudara kita di pedalaman.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement