Senin 09 Jun 2014 11:15 WIB

Gemmar Mengaji di Daerah Istimewa (1)

Anak-anak mengaji Alquran (ilustrasi).
Foto: AP
Anak-anak mengaji Alquran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Selain anak-anak, program mengaji juga diterapkan kepada pejabat pemerintah, mulai dari tingkat kota/ kabupaten hingga provinsi.

YOGYAKARTA -- Ribuan santri dari ratusan taman pendidikan alquran (TPA) di Kota Yogyakarta berkerumun memadati Masjid Diponegoro, Kompleks Balaikota Yogyakarta, September 2012 silam.

Lengkap dengan pakaian Muslim dan mushaf Alquran, anak-anak ini bersiap menyambut peluncuran Gerakan Masyarakat Maghrib (GEMMAR) Mengaji.

Tak salah jika GEMMAR Mengaji disambut antusias di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Masyarakat Yogyakarta secara kultural masih menjalankan tradisi mengaji kala Maghrib menyapa.

Kepala Kanwil Kemenag DIY Masykul Haji mengatakan GEMMAR Mengaji di Kota Gudeg memang difokuskan untuk anak-anak. “Diterapkan dulu untuk TPA dan TPQ karena lebih efektif untuk usia mereka,” ujar Masykul kepada Republika.

Untuk usia dewasa, masyarakat didekatkan dengan Alquran lewat majelis taklim. Sudah sejak lama, kata Masykul, masyarakat Muslim Yogyakarta memiliki majelis taklim yang berjalan rutin.

Sebelum GEMMAR Mengaji diluncurkan pun, kesadaran Pemerintah Daerah DIY agar masyarakat dekat dengan Alquran sudah terwujud. “Kita ada SK Gubernur tentang Pengamalan dan Pemahaman Alquran,” katanya.

Selain itu, program mengaji juga diterapkan kepada pejabat pemerintah, baik dari tingkat kota/kabupaten hingga provinsi. Masykul menerangka setiap bulan pada Rabu pekan pertama, pegawai di berbagai SKPD menyelenggarakan pengajian.

“Para pejabat dan karyawan tidak hanya mengaji Alquran, tetapi juga bahasan tematik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,” ujar Masykul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement