Kamis 29 May 2014 19:41 WIB

Dakwah Melalui Kaligrafi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah karya kaligrafi.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Sejumlah karya kaligrafi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI – Upaya syiar dan dakwah agama Islam dapat dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya melalui media dakwah seni kaligrafi. 

Media ini dinilai efektif untuk mengenalkan ajaran dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat luas. Media dakwah kaligrafi sesuai dengan tuntunan Allah SWT terutama dalam Alquran surah al-Alaq.

Pada ayat pertama disebutkan ‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan’. Ayat ini mengajak manusia untuk membaca dan mentafakuri ayat-ayat suci Alquran untuk membuka cakrawala ilmu pengetahuan.

Pengurus Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi, Ustaz Ohan Jauharuddin, mengatakan, dalam surah al-Alaq ayat empat disebutkan pula ‘Yang mengajar (manusia) dengan pena’.

 

“Pengertiannya tidak hanya pena melainkan sesuai dengan perkembangan zaman dapat dituangkan dalam bentuk mesin tik, komputer dan media lainnya,” ujarnya, Kamis (29/5).

Kaligrafi merupakan salah satu khazanah ilmu pengetahuan yang turun temurun sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Perkembangannya dari tahun ke tahun menngalami perubahan-perubahan. Misalnya, dalam bentuk variasi kaligrafi yang dinamis. Sehingga masyarakat melihat Islam itu indah dengan adanya kaligrafi.

Di sisi lain, perkembangan kaligrafi di Indonesia sangat dinamis dan diakui oleh negara lain di dunia. Hal ini dikarenakan di Indonesia secara rutin digelar kompetisi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ).

Di mana salah satu perlombaannya menyangkut kaligrafi. Dalam ajang MTQ inilah muncul kader-kader baru yang pandai dalam bidang kaligrafi.

Dalam ajang MTQ diperlombakan sejumlah jenis kaligrafi. Di antaranya golongan naskah hitam putih, hiasan mushaf Alquran, dekorasi, dan kaligrafi kontemporer.

Menurut Ohan, untuk bisa membuat kaligrafi, seorang santri harus terlebih dahulu menguasai ilmu tajwid dan bahasa Arab yang memadai. Sehingga seseorang yang mempelejarai Kaligrafi harus memahami ajaran agama Islam dengan baik seperti mampu membaca Alquran dengan baik.

Selain itu, niat untuk menulis kaligrafi harus murni untuk mencari ilmu pengetahuan. Belajar kaligrafi tidak boleh karena alasan untuk memperoleh uang atau menjadi juara dalam ajang MTQ atau perlombaan lainnya. “Hal ini dikarenakan rezeki akan mengikuti bila kita melakukan kegiatan dakwah seperti kaligrafi,” kata Ohan.

Media kaligrafi sarat dengan unsur atau muatan dakwah. Di mana, dalam tulisan kaligrafi ada yang terkandung makna mendalam misalnya ‘berlomba-lombalah kalian dalam jalan kebaikan.’Awalnya, seseorang menyukai tulisan yang indah di dinding masjid atau tempat lainnya.

Setelah itu, ia ingin mengetahui apa makna di balik tulisan kaligrafi tersebut. Bila mengerti maknanya, maka diharapkan nilai-nilai Islam dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam mempelajari kaligrafi juga terkandung sejumlah filosopi yang bisa diterapkan dalam kehidupan. Di antaranya aspek kesungguhan dalam belajar, ketelatenan atau kehati-hatian, dan evaluasi terhadap hasil kerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement