Kamis 29 May 2014 06:29 WIB

Belajar dari Suasana Batin: Ketika Mencapai Maqam Puncak (1)

Salah satu makna riyadhah adalah tidak meninggalkan shalat dan zikir.
Foto: Republika/Yasin Habibi/c
Salah satu makna riyadhah adalah tidak meninggalkan shalat dan zikir.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Cepat atau lambatnya perjalanan spiritual seseorang ditentukan bukan hanya kuantitas, melainkan juga kualitas mujahadah dan riyadhah.

Yang dimaksud maqam di sini ialah puncak pencapaian spiritual yang dapat dicapai seseorang. Ibarat tangga yang mempunyai beberapa anak tangga, harus didaki para pencari Tuhan (salik) melalui berbagai usaha.

Dari anak tangga pertama hingga puncak memerlukan perjuangan dan upaya spiritual, mujahadah dan riyadhah. Anak-anak tangga (maqamat) tidak sama pada setiap orang atau setiap tarekat.

Namun, secara umum maqam-maqam tersebut, antara lain, tobat, shabr, qanaah, wara’, syukur,  tawakal, ridha, ma’rifah, mahabbah. Tiga maqam terakhir sering dianggap sebagai maqam puncak.

  

Mujahadah dari akar kata jahada berarti berjuang dan bersungguh-sungguh. Seakar kata dengan kata jihad berarti berjuang secara fisik, ijtihad berjuang secara nalar, dan mujahadah berarti berjuang dengan olah batin.

Sedangkan, riyadhah berasal dari kata radhyiya berarti senang, rela. Ini seakar kata dengan ridhwan berarti kepuasan dan kesenangan. Mujahadah dan riyadhah merupakan dua hal tak terpisahkan di dalam diri seorang sufi atau salik.

Mujahadah dan riyadhah bisa mengambil bentuk berupa penghindaran diri dari dosa-dosa kecil  (muru’ah), melakukan amalan rutin, seperti puasa Senin-Kamis dan puasa-puasa sunah lainnya.

Selain itu, tidak meninggalkan shalat-shalat sunah rawatib (Qabliyah dan Ba’diyah) dan shalat-shalat sunah lainnya. Dan, mengamalkan zikir dan wirid secara rutin, memperbanyak amal sosial dengan penuh keikhlasan, serta meninggalkan nafsu amarah dan cinta dunia berlebihan.

Ketika seseorang dengan konsisten menjalani mujahadah dan riyadhah, secara otomatis orang itu mencapai anak-anak tangga lebih tinggi. Cepat atau lambatnya perjalanan spiritual seseorang ditentukan bukan hanya kuantitas, melainkan juga kualitas mujahadah dan riyadhah itu.

Ada orang yang berhasil mencapai maqam kedua atau ketiga, tetapi sulit naik ke maqam berikutnya karena tingkat mujahadah dan riyadhah-nya pas-pasan. Ada juga terus melejit dan tidak terlalu lama berada di dalam anak-anak tangga bawah. Semuanya tergantung tingkat istiqamah seseorang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement