REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
Begitu juga dengan doa orang tua terhadap anak dan sebaliknya serta guru kepada para siswanya. Mengenai tawasul, masih diperbolehkan, asalkan tujuannya tetap pada Allah SWT.
Saat keadaan terancam pun, kekuatan doa bisa diijabah. Seperti halnya, ashabul kahfi yang dikejar oleh musuhnya dan berdoa agar dilindungi. Sehingga, mereka disembunyikan oleh Allah dalam gua yang tertutup batu besar.
“Begitu juga ketika Rasulullah dikejar oleh bangsa Quraisy untuk dibunuh, beliau berdoa untuk dilindungi maka terkabullah doanya,” kata Kiai Satori.
Ustazah Sitaresmi S Soekanto mengatakan doa memiliki arti yang sangat khusus. Menurut penulis dan aktivis pemerhati wanita ini, tempat yang mustajab untuk berdoa telah banyak diketahui, yaitu di Arab Saudi.
Meskipun kita belum pernah pergi ke sana, ada waktu mustajab yang dapat kita gunakan untuk berdoa, seperti saat perjalanan, Ramadhan, sakit, pada hari Jumat ba’da Ashar, dan saat puasa.
“Namun jangan lupa ada syarat yang harus dilakukan ketika berdoa, doa orang yang saleh, orang yang sabar, jangan tawar-menawar saat berdoa dengan Allah,” ujarnya memaparkan.
Banyak doa para nabi yang bagus dan indah yang dapat dipanjatkan oleh umat Islam. Di antaranya, dapat dilihat di Alquran surah al-Anbiyaa.
Saat berdoa, seperti Nabi Ayub, jangan mendramatisasi keadaan, tetap bersikap lemah lembut. Panjatkan doa dengan khusyuk, merendah, jangan sampai kita tidak pernah meminta karena merasa tidak membutuhkan Allah SWT.
Terkait tawasul, Ustazah Sita membolehkannya hanya saat dalam keadaan mendesak. “Berdoa dengan menyebut-nyebut amalan kita boleh saja ketika antara hidup dan mati, sama seperti yang Rasulullah dan umat Islam ketika itu lakukan saat Perang Badar,” katanya.
Jika sekadar rezeki dan harta benda, tidak perlu kita menyebut amalan sedekah kita yang telah dilakukan, cukup memohon apa saja yang kita minta.