Kamis 08 May 2014 21:32 WIB

Sejarah Penulisan Hadis (3)

Penulisan hadis (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com/a
Penulisan hadis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Pada periode selanjutnya, muncul para tabiin dan tabi' at-tabi'in (generasi sesudah tabiin) yang memisahkan antara sabda Rasulullah SAW dan fatwa sahabat serta tabiin.

Mereka hanya menuliskan hadis yang merupakan sabda Rasulullah SAW lengkap dengan sanad (periwayatan) yang disebut al-musnad.

Musnad al-Imam Ahmad Ibn Hanbal adalah salah satu al-musnad yang terlengkap dan paling luas. Akan tetapi, hadis yang disusun dalam kitab-kitab al-musnad ini masih mencampurkan hadis yang sahih, hasan, dan daif, bahkan hadis maudlu' (palsu).

Di antara generasi pertama yang menulis al-musnad ini adalah Abu Dawud Sulaiman at-Tayalisi. Langkah ini diikuti oleh generasi sesudahnya, seperti Asad bin Musa, Musa al-Abbasi, Musaddad al-Basri, Nu'aim bin Hammad al-Khaza'i, Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali, Ishaq bin Rahawaih, dan Usman bin Abi Syaibah.

Setelah itu, muncul pula upaya para ahli hadis untuk memilah hadis yang sahih saja dan menyusunnya sesuai dengan topik permasalahannya.

Upaya ini dimulai pada abad ke-3 H yang lebih dikenal sebagai abad pembukuan hadis (tadwin) karena pada abad ini muncul ulama-ulama hadis terkemuka yang membukukan hadis secara sistematis.

Para ulama hadis pada masa ini di antaranya adalah Imam Bukhari yang menyusun kitab Sahih al-Bukhari, Imam Muslim menyusun kitab Sahih Muslim, Imam Dawud menyusun kitab Sunan Abi Dawud, Imam Abu Isa Muhammad at-Tirmizi menyusun kitab Sunan at-Tirmizi, Imam an-Nasa'i menyusun kitab Sunan an-Nasa'i, dan Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Raba'i al-Qazwini atau Ibnu Majah menyusun kitab Sunan Ibn Majah.

Keenam kitab hadis tersebut di kalangan mayoritas ahli hadis disebut dengan Kutub as-Sittah (Kitab Hadis yang Enam).

sumber : Dok Rep/Dia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement