Selasa 06 May 2014 12:05 WIB

Chris Tarantino: Islam Menyapaku Lewat Perang (2-habis)

Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah

Sejak berislam, keluarga ini semakin religius.

Seiring perjalanan waktu, pasangan suami istri ini semakin religius. Mereka kerap megunjungi sebuah masjid Suni di Mannheim.

Dari sana mereka belajar seluruh ide radikal dan berjihad dengan mengandalkan kekerasan kepada Barat adalah gagasan yang benar-benar salah.

Chris mengatakan, ia mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Dia mengaku tidak mengasosiasikan diri dengan radikalisme apa pun. Namun, Chris memiliki situasi keterasingan.

Dia adalah satu-satunya tentara AS di Masjid Al-Faruq Omar, Jerman, bagian dari Muslim minoritas di militer. Bahkan, salah satu dari sangat sedikit tentara Muslim yang tidak berasal dari keluarga asli Muslim atau keturunan Afrika-Amerika Muslim.

Berubah

Meski keputusan Chris dan istrinya untuk memeluk Islam bersifat pribadi, bukan politis, pandangannya mengenai perang di Irak dan Afghanistan dan perang secara umum telah berubah. Pemikiran Chris mengenai perang benar-benar berubah 180 derajat.

Dia memaknai benar ayat Alquran yang menyebutkan membunuh satu orang yang tidak bersalah sama artinya dengan membunuh semua orang. Dan, menyelamatkan satu orang sama artinya menyelamatkan seluruh dunia.

Sebagai bagian dari gagasan itu, pasangan ini membantu membentuk sebuah kelompok nonprofit untuk mengirim persediaan makanan dan obat-obatan ke Somalia.

Cristina adalah salah satu dari tujuh orang di masjid mereka yang membentuk kelompok Islamischer Humanitaerer Entwicklungsdienst atau Islamic Humanitarian Development Service (www.IHED.de).

Hanya dalam beberapa pekan, badan amal ini telah mengumpulkan dan mengirim 135 ton makanan dan obat-obatan. Semua bantuan dikumpulkan, diatur, dan dilakukan selama Ramadhan.

Di rumah, keluarga Tarantino terus mempelajari iman baru mereka dan berusaha menjalankannya semaksimal mungkin.

Ketika meninggalkan rumah, Cristina memakai baju lengan panjang, rok panjang, dan jilbab. Banyak orang yang melihatnya dengan tatapan aneh. "Saya merasa seperti astronaut," katanya.

Tetapi, suaminya tidak pernah bermasalah dengan berinteraksi. Tentara di unitnya mengetahui dia seorang Muslim. Chris bisa meluangkan waktu untuk shalat.

Dia juga berbicara tentang Islam kepada rekannya sebagai caranya berdakwah. Pada akhirnya, mereka menghormati Chris dan bahkan mengingatkannya waktu shalat.

Ia berencana keluar dari Angkatan Darat tahun depan dan pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat. Cristina berencana terus mengejar gelar sarjana di bidang komunikasi. Chris berencana melanjutkan studi di Embry-Riddle Aeronautical University.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement