Oleh: Mohammad Akbar
Lapang
Memasuki bagian dalam dari masjid ini, kesan yang langsung muncul adalah ruang yang terasa lapang. kesan tersebut muncul karena tak adanya tiang penyangga di bawah kubah atau model tiang penyangga soko guru layaknya di Masjid Demak.
Alhasil, dengan menempatkan tiang di bagian pinggir membuat bagian utama untuk ibadah shalat menjadi terlihat lebih lapang. “Kalau di bagian atas ini bisa menampung jamaah sampai 2.000 orang,” kata Wawan.
Perhatian yang juga cukup mencolok terdapat pada lampu gantung yang berada di bawah kubah. Lampu gantung di masjid ini berwarna kuning. Bahannya terbuat dari campuran material kuningan.
Warna kuning tersebut menjadi sangat mencolok karena pada bagian kubah interiornya dihiasi dengan cat bermotif awan serta tembok bangunan interior yang berwarna krem.
Lantas, untuk mihrab, sesungguhnya tidak ada yang terlalu menonjol dari bagian ini. Tampilan yang membuatnya berbeda hanya karena pemilihan marmer berwarna hijau tua saja.
Lalu, sebagai penanda lainnya adalah hadirnya dua pilaster berwarna putih bercorak hitam. Pilaster adalah pilar yang menempel pada dinding. Bentuk pilasternya bulat dengan bagian atasnya memperlihatkan bentuk yang melengkung.
Kemudian, pada bagian mihrab ini terdapat juga sebuah mimbar yang terbuat dari lapisan bahan tembaga, kuningan, dan kayu. Warna mimbar ini jingga kemerahan. Dari sisi estetika, bagian ini terlihat kurang menarik. Pasalnya, warna yang menghiasi dari setiap bangunan yang ada di bagian ini tampak saling kontras dan tidak saling bersinergi.
“Kita sebenarnya lebih melihat bangunan ini secara fungsi. Artinya, bangunan ini lebih diutamakan sebagai tempat ibadah dan bisa memberikan rasa nyaman bagi jamaah yang berada di dalam,” kata Wawan.