Jumat 08 Apr 2022 14:42 WIB

Masjid At Taufiq, Mengapa Masjid PDIP Ini Dibangun Bergaya Minangkabau?

Gaya bangunan masjid At Taufiq lebih condong ke gaya Rumah Gadang Minang.

Masjid At Taufiq yang terletak di depan Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Foto: istimewa/doc humas
Masjid At Taufiq yang terletak di depan Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jika bertandang ke kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, maka di depan Sekolah Partai DPP PDIP itu akan terlihat sebuah masjid bergaya bangunan ala Minang. Masjid itu bernama Masjid At Taufiq, yang namanya diambil dari nama almarhum mantan ketua MPR Taufik Kiemas.

Pembangunan masjid At Taufiq memang diinisiasi anak Taufik Kiemas, Puan Maharani. Ketua DPR ini, selain ingin memberi tempat alternatif bagi warga sekitar yang ingin beribadah, juga ingin memberi bagi almarhum ayahnya.

Gaya bangunan masjid At Taufiq memang agak berbeda dengan masjid-masjid pada umumnya. Tidak terlihat adanya kubah masjid, yang umumnya ada di setiap masjid di Indonesia.

Desain masjid At Taufiq memang lebih mirip dengan bangunan tradisional daerah-daerah di Nusantara. Salah satu yang menonjol adalah atapnya yang mirip dengan bangunan khas Minangkabau, yaitu Rumah Gadang.

Tokoh Muda Ranah Minang, Azwar Furqudyama, mengapresiasi desain Masjid At Taufiq yang bergaya minang tersebut. Sekjen Garda Demokrasi 98 ini meyakini pemilihan desain itu bukan tanpa alasan. 

Azwar yakin desain menyerupai rumah gadang itu dipilih karena almarhum Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri masih memiliki garis keturunan Minangkabau. 

Dijelaskannya, garis keturunan Minangkabau Megawati berasal dari ibunya, Fatmawati. Meskipun dilahirkan di Bengkulu, menurut Azwar, Fatmawati adalah anak kandung Siti Chadijah dan Hasan Din. "Mereka yang berasal dari desa Inderapura di Pesisir Selatan, Sumatera Barat," kata Azwar, dalam siaran persnya, Jumat (8/4/2022).

Hasan Din merupakan tokoh Muhammadiyah, yang merupakan kerabat dekat dengan kerajaan Muku-muko dari kesultanan Inderapura. Begitu juga Siti Chadijah, ia juga berasal dari kaum kerabat Kesultanan Inderapura. "Setelah menikah, keduanya merantau ke Bengkulu dan lahirlah Fatmawati," kata Azwar.

Saat diasingkan di Bengkulu, Bung Karno mengajar di sekolah Muhammadiyah. DI sanalah ia bertemu Fatmawati, yang saat itu juga sekolah di sana. Dari pernikahan dengan Fatmawati, Bung Karno memiliki lima orang anak. Salah satunya adalah Megawati.

Taufik Kiemas juga memiliki garis keturunan Minangkabau dari sang ibu. Taufiq pernah diberi gelar khas Minangkabau, Datuk Basa Batuah. "Dari situ jelas tergambar bahwa Puan Maharani mempunyai garis  keturunan Minangkabau baik dari ayah maupun ibunya," ungkap Azwar.

Puan pun pernah menyebut dirinya punya ikatan dengan Sumatera Barat. Saat datang ke Minang, ia menyebut dirinya pulang kampung. "Datang ke Ranah Minang bagi kami adalah pulang ke kampung halaman," kata Puan saat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement