Oleh: Rosita Budi Suryaningsih
Pada dekade berikutnya, yaitu generasi ketiga diwakili oleh karya Ash-Siddieqy dengan judul Tafsir al-Bayan, Halim Hasan lewat Tafsir Alquranul Karim, dan karya Buya Hamka dengan judul Tafsir al-Azhar.
Menurut Howard, model tafsir pada generasi ini lebih meningkat dibandingkan generasi sebelumnya, seperti kombinasi dari tafsir-tafsir generasi kedua dan merampingkan hal-hal yang bersifat primer tentang ilmu tafsir.
Tafsir pada generasi ini bertujuan untuk memahami kandungan Alquran secara komprehensif yang berisi materi tentang teks dan metodologi dalam menganalisis tafsir.
Dominan tafsir
Pemetaan karya-karya tafsir Qurasih tentu bisa ditelusuri melalui puluhan karyanya yang telah terbit ke permukaan. Jika didudukkan secara jelas, corak tafsir sangat mendominasi ragam pemikiran dan karyanya tersebut.
Kepala Puslitbang Lajnah Tashih Alquran Kementerian Agama, Dr Muchlis Hanafi, menyatakan, Quraish bisa membuat karya tafsir dari metode maudhu'i, tahlili, dan ijmali. Model maudhu'i terpancar dari karya berjudul Wawasan Alquran: Tafsir Mawdlu'i atas Pelbagai Persoalan Umat dan disempurnakan dengan buku selanjutnya, yakni Secercah Cahaya Ilahi.
Metode tafsir tematik ini menginspirasi banyak cendekiawan. Pada 1990-an, metode tersebut banyak dipakai dalam skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah lainnya.
Quraish juga menuliskan beberapa buku lain dengan model ini. Di antaranya, Menyingkap Tabir Ilahi, Asma al Husna, Yang Tersembunyi, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Pengantin Alquran, dan Jin, Malaikat, Iblis, Setan.
Sedangkan penggunaan metode tahlili, Quraish menerapkannya dalam Tafsir Alquran al-Karim: Tafsir atas Surah-surah Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu. Quraish memulainya dengan mengupas surah al-Fatihah sebagai mukadimah, kemudian dilanjutkan surah al-Alaq dan seterusnya.
Selain buku itu, corak tahlili tampak pada Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran. Bedanya dengan tafsir yang ditulis sebelumnya, ia mengurutkan ayat-ayat suci yang dibahas sesuai urutan mushaf Alquran.
Pada Juli 2012, Quraish menyuguhkan karyanya yang dibuat dengan metode ijmali. Ia memberi nama karya tersebut dengan judul Al-Lubab; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah Alquran. Ia juga menelurkan karya terjemahan Alquran, yang diberi nama Alquran dan Maknanya pada 2010.
Selain itu, ia juga banyak menulis karya-karya lain berbentuk artikel tafsir (maqalat tafsiriyyah). Di antaranya adalah Lentera Hati, Membumikan Alquran, dan Membumikan Alquran Jilid 2.
Ia juga banyak menulis buku-buku yang berbentuk wawasan keislaman (tsaqafat islamiyyah). Hingga detik ini, Quraish Shihab tak pernah lelah berkarya. Ia terus menyalurkan ilmu-ilmu yang dipunyainya untuk diteruskan dalam media yang bisa menyentuh hati umat.