Selasa 01 Apr 2014 14:59 WIB

Jejak Tionghoa Dalam Penyebaran Islam di Nusantara (3)

Seorang warga Tionghoa menahbiskan diri menjadi mualaf di Masjid Lautze, Jakarta Pusat.  (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang warga Tionghoa menahbiskan diri menjadi mualaf di Masjid Lautze, Jakarta Pusat. (ilustrasi).

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Imigran Tionghoa Muslim di Indonesia telah ada sebelum bangsa kolonial Portugis dan Belanda datang. Imigran Cina pada abad ke-15 datang dan tinggal di Indonesia untuk mencari penghidupan, bukan untuk menaklukkan daerah maupun mengeksploitasi negeri ini.

Beda niatnya dengan yang dibawa oleh para kolonial. Portugis dan Belanda datang ke Indonesia untuk mencari daerah koloni dan sekaligus menyebarkan ajaran agama Nasrani.

Imigran Cina Muslim hidup membaur dengan penduduk pribumi, sedangkan Belanda dan Portugis memperlakukan penduduk pribumi secara diskriminatif dan di bawah mereka.

Pada masa kolonial Portugis, Tionghoa Muslim juga mendapatkan penindasan seperti penduduk pribumi. Bahkan saat perang kolonial, penduduk Muslim Tionghoa juga bergabung dengan para pejuang di setiap daerah melawan para penjajah.

Kalangan Tionghoa Muslim ini juga menjadi sasaran pembunuhan massal dan korban politik adu domba para kolonial tersebut.

Pada zaman pemerintahan Belanda, mereka pernah mendatangkan etnis Tionghoa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan dan pertambangan milik Belanda. Sebagian besar yang didatangkan ini juga merupakan Muslim.

Di nusantara, masyarakat Muslim Tionghoa mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari penjajah Belanda karena mereka memiliki kedekatan dengan penduduk pribumi.

Mereka beragama Muslim, seperti sebagian besar agama penduduk pribumi. Penduduk Muslim Tionghoa juga melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan bergabung bersama pejuang Indonesia.

Armada besar dari Cina

Misi penyebaran Islam dari Cina secara resmi terlihat dari pengiriman pasukan di bawah kepemimpinan Laksamana Cheng Ho.

Dalam buku Perkembangan Islam di Tiongkok karya Ibrahim Tien Ying Ma, dijelaskan Kaisar Yung Lo di Tiongkok ingin memamerkan kebesaran kekuasaan Tiongkok dan membuat armada yang besar untuk berlayar ke negeri-negeri di sekitar laut selatan dan laut barat.

“Armada yang diberi nama Admiral Muhammad Cheng Ho ini terdiri atas 62 buah kapal yang ukurannya sangat besar pada masa itu, masing-masing panjangnya 440 kaki dan lebarnya 180 kaki,” tulisnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement