REPUBLIKA.CO.ID, Mardatillah tak sekadar berdakwah. Ia mendampingi warga untuk beternak dan berkebun. Sudah tiga tahun terakhir sang dai ini melakukan kegiatan tersebut di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Hidayatullah, ormas Islam di mana ia bergabung, menyerahkan sapi, kambing, dan bibit tanaman berupa cokelat atau jati kepada warga.
Bibit sapi dan kambing diperoleh dari bantuan dinas pertanian atau mitra Hidayatullah. “Kami hanya memfasilitasi mereka,” ujar Mardatillah.
Jadi, jelas dia, dakwah bukan hanya menyampaikan ayat Alquran maupun hadis. Ia berdakwah melalui aksi langsung di lapangan. Biasanya, warga menyediakan lahan dan dai memberikan dorongan moral kepada mereka.
Dari pemberdayaan ini, warga juga bisa mempelajari akhlak terhadap binatang dan tanaman. Sudah ada beberapa wilayah di Kendari yang mendapatkan bantuan sapi, kambing, dan bibit tanaman.
Mardatillah mengatakan, tanggapan masyarakat sejauh ini sangat baik. Mereka sangat bersyukur akan adanya bantuan meski tak sepenuhnya bisa menopang kehidupan mereka.
Menurut Mardatillah, hasil ternak dibagi masing-masing 50 persen untuk warga dan Hidayatullah. Ia menjelaskan, warga juga diberi pengetahuan mengenai penghitungan anggaran. Biasanya, warga desa yang dibina kurang memperhitungkan pengeluaran. Jadi, saat panen datang, uang yang mereka peroleh langsung habis menutup pengeluaran sebelumnya.
Jamaluddin Nur, dai lain dari Hidayatullah, mengatakan, ada tiga program yang wajib dijalankan para dai di wilayah dakwah masing-masing. Tiga program itu di bidang sosial, pendidikan, dan dakwah.
Bidang sosial meliputi pemberian bantuan untuk anak yatim piatu dan tidak mampu. Mereka juga menggarap siswa taman kanak-kanak, hingga mahasiswa perguruan tinggi.
Sedangkan, di bidang dakwah, langkahnya bervariasi. Jamaluddin yang telah berdakwah 15 tahun di Batam mengatakan, ini adalah kota industri. Mereka yang ada di Batam biasanya perantau dan jauh dari keluarga.
“Dakwah bisa dijadikan tempat curahan hati bagi mereka yang merantau,” kata dia. Setelah ia berhasil mendakwahi para pekerja, ia beralih ke kalangan pelajar, politikus, pengusaha, dan birokrat.