Oleh: Ani Nursalikah
Direktur Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Teten Kustiawan mengatakan, penyadaran terus dilakukan. Baznas menggunakan media cetak, elektronik, dan online. Sebanyak Rp 3 miliar dialokasikan untuk kepentingan tersebut.
Sebanyak Rp 1 miliar, di antaranya diserap ke media cetak. Dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam kurun tiga tahun terakhir, jumlah anggaran cenderung stabil. Meski demikian, ini mengalami penurunan dibandingkan pada 2010 yang mencapai Rp 5 miliar. Sosialisasi langsung pun mereka tempuh.
Bentuknya, melalui pengajian, ceramah di masjid perkantoran atau dalam acara kajian khusus. “Pada dasarnya, kita sosialisasi di tempat yang banyak orang, terutama masjid.”
Menurut Teten, sosialisasi semacam itu cukup efektif mengajak masyarakat agar membayarkan zakatnya. Permintaan pemaparan mengenai zakat meningkat. Hampir setiap hari ada jadwal ceramah di lembaga pemerintah dan swasta.
Pada Juni 2013, Baznas berencan memulai gerakan Zakat Goes to Campus. Mereka berkeyakinan, potensi pembayar zakat di kampus besar.
Serangkaian edukasi diharapkan mampu mendongkrak tingkat penghimpunan dana zakat. Baznas rupanya optimistis mampu mendulang banyak zakat. Pada 2013, mereka memasang target hingga Rp2,6 triliun secara nasional.
Teten mengungkapkan, dari tahun ke tahun ada kecenderungan kenaikan. Pada 2011, Baznas mampu mengumpulkan Rp 1,73 triliun dan pada 2012 menembus Rp2,3 triliun.
Teten melihat, banyak Muslim yang menyalurkan zakatnya secara langsung atau ke masjid. Masih sedikit dari mereka yang memercayakannya ke lembaga amil zakat. Kesadaran untuk berzakat ke lembaga perlu terus ditingkatkan.