Senin 10 Mar 2014 17:13 WIB

Menyiasati Cuaca Panas pada Musim Haji (Bagian-1)

Jamaah haji mendengarkan ceramah di Masjid Nabawi, Madinah.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jamaah haji mendengarkan ceramah di Masjid Nabawi, Madinah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Akbar

Pemerintah menambah fasilitas medis.

Pelaksanaan haji tahun ini diprediksi akan berbarengan dengan puncak musim panas di Arab Saudi. Langkah antisipasi pun mutlak diperlukan.

Tujuannya, untuk memaksimalkan pelayanan terhadap jamaah haji selama berada di Tanah Suci. Baik pelayanan yang berbentuk prapersiapan maupun sepanjang musim haji berlangsung.    

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Anggito Abimanyu menjelaskan, tahun ini musim haji akan berlangsung lebih maju sekitar dua pekan dari tahun sebelumnya.

Diperkirakan, suhu di Arab Saudi, kata dia, bisa mencapai 40-50 derajat Celsius. “Jamaah berangkat pada Agustus akhir dan itu musim panas,” kata Anggito seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Agama.

Sejauh ini, ungkap Anggito, Kemenag telah menyiapkan penambahan fasilitas medis. Fasilitas tersebut meliputi tenaga medis, obat-obatan, peralatan, dan perlengkapan lain yang menyokong. “Apalagi, jumlah lansia tahun ini relatif banyak,” ujar dia.

Sementara itu, anggota Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) KH Syamsul Ma'arif meminta pemerintah menyiapkan tenaga medis yang bertugas secara profesional selama penyelenggaraan haji.

Selama ini, kata dia, para petugas medis yang diberangkatkan pada musim haji masih sebatas menjalankan juga praktik ibadah.

Ia mengingatkan para tim medis itu tetap fokus pada tanggung jawab utamanya, yaitu bertindak sebagai tenaga medis profesional. “Jangan lagi merangkap sebagai jamaah,” tutur dia.

Adanya informasi cuaca bakal mencapai puncak musim panas ini, menurut Syamsul, seharusnya dapat dipersiapkan secara apik bagi penyelenggara haji maupun calon jamaah. Kepada penyelenggara haji, ia berharap bisa menambah lagi petugas medis.

“Begitu juga dengan para pembimbing haji,” kata dia. Pembimbing ibadah haji harus bisa memberikan bimbingan yang seimbang antara semangat beribadah dan menjaga kondisi kesehatan jamaah.

Jangan digenjot semangat jamaah untuk terus beribadah, tapi melupakan aspek kesehatan. “Ini sangat berbahaya,” kata Syamsul mengingatkan.

Lalu, kepada para calon jamaah, Syamsul meminta, selama beribadah di Tanah Suci bisa melakukan persiapan lebih baik sejak dari Tanah Air.

Persiapan yang baik sebelum keberangkatan, kata dia, akan sangat menunjang proses beribadah selama di Tanah Suci. “Jaga dan persiapkan kondisi kesehatan secara maksimal,” kata dia.

Sementara itu, anggota Asosiasi Kesehatan Haji Indonesia dr Anasrul Said Rahman menjelaskan, guna menyiasati musim panas Agustus nanti selama di Tanah Suci, perlu persiapan diri yang baik sejak di Indonesia.

Ia mengatakan, tingkat kelembapan yang ada di Indonesia dan Arab Saudi sangat berbeda. Di Indonesia, kelembapannya berkisar 75-80 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement