Rabu 26 Feb 2014 13:46 WIB

Perjumpaan dengan Allah-Liqa' Allah (4)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Jika manusia ingin berjumpa dengan Tuhannya cukup menghayati secara mendalam alam raya ini. “Siapa yang memahami dirinya maka ia akan memahami Tuhannya.” (man 'arafa nafsahu fa qad 'arafa Rabbahu).

Keempat, mahabbah yang diperkenalkan oleh Rabiah al-Adawiyyah, yaitu penyerahan diri secara total kepada satu-satunya yang dicintai dan dikasihi, yaitu Tuhan. Rabiah al-Adawiyah, seorang sufi wanita yang paling populer, menggunakan konsep ini dalam upaya berjumpa dengan Tuhannya.

Ia pernah ditanya, “Apakah engkau benci kepada setan?” Ia jawab, “Tidak, cintaku kepada Tuhan tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku untuk rasa benci kepada setan.” Syair-syair Rabiah al-Adawiyah yang populer, antara lain:

“Ya Tuhan, bintang-bintang di langit telah gemerlapan, mata telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci dan tiap-tiap pencinta telah menyendiri dengan yang dicintainya, dan inilah aku berada di hadirat-Mu.”

“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta. Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu. Cinta karena diriku adalah keadaanku senantiasa mengingat-Mu. Dan, cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu mengungkapkan tabir hingga Engkau kulihat. Baik untuk ini maupun untuk itu, pujian bukanlah bagiku. Bagi-Mu lah pujian untuk semuanya.”

Kelima, ma'rifah yang diperkenalkan oleh Zhunnun al-Mishri, yaitu mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan. Jika hati sanubari terbuka mata kepala akan tertutup dan ketika itu yang dilihat hanya Tuhan.

Ma'rifat ibarat sebuah cermin, seorang arif, baik waktu tidur maupun waktu bangun, yang dilihat dalam cermin hanya Tuhan. Zunnun al-Misri adalah tokoh yang memopulerkan konsep ini. Ia pernah berujar, “Aku mengetahui Tuhan melalui Tuhan dan sekiranya bukan karena Tuhan maka aku tak akan mengenal Tuhan.”

Keenam, fana' dan baqa', yaitu ‘penghancuran diri’ (disappear/perish/annihilate) seseorang untuk menimbulkan kesadaran hakikinya, dengan kata lain, hancurnya perasaan dan kesadaran tentang adanya tubuh kasar. Sedangkan, baqa' ialah efek yang timbul setelah ‘penghancuran diri’ berupa kesadaran hakiki.

Konsep fana' dan baqa' dapat dipahami melalui pernyataan-pernyataan sebagai berikut:

“Aku tahu pada Tuhan melalui diriku, hingga aku hancur, kemudian aku tahu pada-Nya melalui diri-Nya maka akupun hidup.”

“Ia membuat aku gila pada diriku sehingga aku mati; kemudian Ia membuat aku gila pada diri-Nya, dan aku pun hidup... Aku berkata: Gila pada diriku adalah kehancuran dan gila pada-Mu adalah kelanjutan hidup.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement