REPUBLIKA.CO.ID, Namanya Eduard Petrovic. Lahir dan dibesarkan di Rumania, Eropa Timur. Sejak Juli 2009, ia membuat keputusan terbaik dalam hidupnya, menjadi seorang Muslim.
Sejak kecil, Petrovic tumbuh di bawah asuhan nenek dan kakeknya. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih berumur beberapa bulan. Sang kemudian menyerahkan Petrovic kepada orang tuanya. “Merekalah yang mengasuhku sampai besar,” tuturnya.
Petrovic menjalani hidup dengan sangat baik di bawah asuhan kakek dan nenek. Ia malah nyaris tidak memerhatikan kehadiran seorang wanita cantik yang selalu datang mengunjungi kediaman mereka.
“Saat bertamu ke tempat kami, perempuan itu kadang-kadang juga mengajakku berbicara. Aku ingat, ketika itu aku masih berumur delapan tahun,” kenangnya.
Petrovic pun bertanya kepada neneknya, siapa gerangan gadis cantik itu? Tapi perempuan itu akhirnya mengungkapkan, kalau dia adalah ibu kandungnya. Petrovic tidak pernah tahu ini sebelumnya. Sebab, sejak masih bayi saat sang bunda menyerahkannya pada kakek dan nenek.
Selanjutnya, Petrovic menjalani hidup bersama ibunya di rumah yang memang sengaja dibangunnya untuk mereka berdua.
Menurutnya, bundanya adalah ibu yang baik. Dia merawat Petrovic dengan sungguh-sungguh dan ingin memberikan pendidikan terbaik. “Aku pun mempelajari banyak hal tentang agama Kristen dan bahkan pernah bercita-cita menjadi seorang pendeta jika sudah dewasa,” ujarnya.
Ketika usianya menginjak 14 tahun, ibunya berkenalan dengan seorang pria Amerika Serikat lewat internet. Pria itu datang ke Rumania dan tinggal bersama mereka selama dua pekan.
Selama pria itu menginap di rumah ibunya, Petrovic harus tinggal dengan kakeknya lagi untuk sementara waktu. Setelah itu, ibunya membuatkan paspor, lalu mereka terbang ke AS dan tinggal di sana bersama lelaki itu. Kelak, pria itu menjadi menjadi ayah tirinya.
Petrovic merindukan masa-masa bersama kakek, nenek, dan semua temannya di Rumania. “Aku memang telah belajar bahasa Inggris di sekolah, sehingga bahasa tidak menjadi masalah lagi buatku. Akan tetapi, cara hidup di AS benar-benar berbeda, sehingga sulit rasanya bagiku untuk menyesuaikan diri,” katanya.
Ia tinggal di Chicago untuk beberapa waktu. Kemudian pindah ke Dallas, Texas, tempat mereka menetap sampai sekarang ini.
“Aku terus belajar dengan giat, disamping mendalami olahraga sepakbola. Sebelum terbang ke AS, aku memang sempat berjanji pada kakek untuk menjadi seorang pemain sepakbola profesional,” tuturnya.