Sabtu 28 Jun 2025 07:18 WIB

Kisah Sahabat Nabi yang Wafat Saat Berhijrah

Walau telah berusia senja dan kedua matanya buta, Dhamrah tetap ingin berhijrah.

ILUSTRASI Sahabat Nabi wafat saat sedang berhijrah.
Foto: Karta/Republika
ILUSTRASI Sahabat Nabi wafat saat sedang berhijrah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dhamrah bin Ishaq adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang masuk Islam pada masa syiar Islam di Makkah. Saat menjadi Muslim, sosok saudagar sukses itu sudah berusia lanjut.

Selama belasan tahun Rasulullah SAW berdakwah di Makkah. Beliau dan kaum Muslimin kerap mendapat ancaman, intimidasi dan bahkan persekusi dari kafir Quraisy.

Baca Juga

Hingga akhirnya, Allah memerintahkan Rasulullah SAW dan umat Islam agar berhijrah dari Makkah ke Yastrib--kota yang kemudian berganti nama jadi Madinah al-Munawwarah.

Sesudah mayoritas Muslimin Makkah berangkat, barulah kemudian Nabi SAW keluar dari Makkah dengan ditemani Abu Bakar ash-Shiddiq. Keduanya berhasil lolos dari pengepungan dan perburuan yang dilakukan orang-orang musyrikin Quraisy.

Maka di Makkah kini tinggal orang-orang Islam yang memang diperbolehkan untuk tidak berhijrah lantaran alasan syar’i. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surah an-Nisa ayat ke-97 hingga 99.

Bagaimanapun, ayat-ayat Alquran itu juga menegaskan ancaman bagi siapapun Muslimin yang sesungguhnya mampu berhijrah, tetapi memilih bertahan di Makkah. Bagi mereka ini, ada ancaman dari Allah SWT yakni neraka Jahanam.

Adapun Dhamrah bin Ishaq masih berada di Makkah. Dan memang, sahabat Nabi SAW ini bisa dikelompokkan sebagai golongan yang boleh tidak ikut berhijrah. Secara fisik, ia bukan hanya lansia, tetapi juga disabilitas lantaran kedua matanya buta.

Bagaimanapun, keinginan Dhamrah untuk ikut berhijrah amatlah kuat. Ia sangat ingin menyusul Rasulullah SAW ke Madinah.

Keinginan Dhamrah untuk menyusul Rasulullah SAW ke Madinah tidak lagi terbendung. Lelaki yang telah melampaui usia 85 tahun itu sudah mempersiapkan uang dan perbekalan.

“Wahai Dhamrah, engkau sudah tua dan mudah lemah. Kedua matamu pun tak bisa melihat. Bagaimana kalau engkau sakit di tengah jalan? Perjalanan ke sana (Madinah) sungguh berat, kami mengkhawatirkanmu,” kata saudara-saudaranya membujuk.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

“Tidak!” kata Dhamrah bersikeras, “Aku tidak tergolong mereka yang mendapat keringanan! Aku sudah membayar budak yang tahu jalan dan bisa mengantarkanku ke Yastrib. Aku berangkat menyusul Rasulullah!”

Berkali-kali saudara-saudaranya mengingatkan, Dhamrah tetap pada pendiriannya.

Berita tentang kepergian Dhamrah menyebar ke seantero Makkah. Orang-orang kafir Quraisy mencibir keputusannya. "Orang gila! Buat apa menyusul Muhammad ke sana, dan meninggalkan bisnisnya di kota ini?” ledek mereka.

Berhari-hari berada di jalan, fisik Dhamrah tidak kuat lagi. Akhirnya, sahabat Nabi tersebut meninggal dunia di tengah perjalanan.

Kabar duka itu sampai ke Madinah. Mendengarnya, para sahabat Nabi ikut bersedih hati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement