Jumat 21 Feb 2014 08:27 WIB

Hubungan Baik Melayu-Makassar

Kesultanan Makassar tempo dulu (ilustrasi)
Foto: Aroelaidah.wordpress.com
Kesultanan Makassar tempo dulu (ilustrasi)

Oleh: Afriza Hanifa

Kedatangan orang Melayu ke Makassar menjadi awal mula Islam menyentuh Pulau Sulawesi. Merekalah yang kemudian membawa tiga mubaligh untuk mengislamkan para raja di Makassar, terutama Gowa-Tallo.

Pihak Makassar pun menerima pendatang Melayu dengan sangat baik. Hubungan keduanya terjalin dengan baik sejak perdagangan terjalin.

Dalam kepustakaan Lontara Gowa, dikutip dari laman wacananusantara.org, menggambarkan kedatangan orang Melayu yang kemudian mendapat perlindungan istimewa dari Kerajaan Makassar.

Mereka kemudian diizinkan menempati daerah sekitar Pelabuhan Somba Opu di Kampung Mangallekana. Berkat kedatangan para pedagang Melayu Muslim ke Makassar, berdasarkan teori Noorduyn, Islam untuk kali pertama masuk ke Makassar.

Yang dimaksud Melayu di sini bukan hanya terbatas pada kawasan Riau dan Semenanjung Malaka seperti halnya pemahaman sekarang, melainkan meliputi seluruh Pulau Sumatra. Karena itu, para datuk yang datang dari Minangkabau pun disebut sebagai orang Melayu.

Penerimaan baik datang dari pihak Makassar karena pendatang Melayu dinilai telah menjalin hubungan baik dengan warga setempat. Atas alasan inilah, raja Gowa-Tallo memberikan layanan istimewa.

Tak hanya memberikan permukiman di Mangallekana, raja juga memberikan fasilitas ibadah dengan mendirikan sebuah masjid. Para pendatang Melayu pun kemudian membalas jasa dengan ikut berkontribusi membantu kerajaan. Bertugas sebagai syahbandar merupakan salah satunya.

Sejak pedagang Melayu datang ke Makassar pada era Raja Gowa X, Tonipalangga, mereka bertugas sebagai syahbandar. Seorang keturunan Melayu, I Daeng ri Mangallekana, merupakan pejabat syahbandar yang pertama. Kemudian, jabatan tersebut terus dipegang keturunan Melayu hingga Kerajaan Gowa-Tallo berakhir dikuasai VOC.

Selain itu, orang Melayu juga menjadi juru tulis istana. Namun, tak ada peran yang lebih utama yang ditorehkan orang Melayu selain dakwah Islam. Apalagi, mengingat Portugis banyak memengaruhi kawasan timur Indonesia.

Berbeda dengan Belanda, Portugis merupakan penjajah yang juga bertujuan menyebarkan agama ketimbang sekadar memperoleh harta wilayah jajahan.

Beberapa sumber lokal mengemukakan, peranan orang-orang Melayu dalam bidang perdagangan dan penyebaran Islam cukup berarti dalam upaya untuk membendung pengaruh Katolik.

Sampai 1615 m, roda perekonomian, khususnya perdagangan antarpulau yang melalui pelabuhan Makassar, dikuasai oleh orang-orang Melayu. Komoditas beras sebagai hasil utama Makassar diekspor ke Malaka dengan kapal orang-orang Melayu.

“Sumbangan utama orang-orang Melayu dalam penyebaran agama Islam adalah upayanya untuk mendatangkan para mubaligh. Upaya itu dilakukan untuk membendung pengaruh agama Katolik menyusul kedatangan Portugis di daerah ini,” demikian dikutip dari laman wacananusantara.org.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement