Jumat 13 Dec 2013 03:50 WIB

Membangun Amal Usaha

Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar di Indonesia.
Foto: www.muhammadiyah.or.id
Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah

Kerja sama antarormas kembangkan amal usaha belum ada gaungnya.

Muhammadiyah melesat mengandalkan amal usaha. Pendidikan, kesehatan, serta pelayanan sosial dan dakwah menjadi inti amal usaha persyarikatan ini. “Ketiga hal itulah yang berkembang pesat,” kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yunahar Ilyas, Selasa (19/11).

Ia menjelaskan yang dimaksud amal usaha di Muhammadiyah adalah gabungan dari sosial dan bisnis. Kalau sosial saja, ia mengaku Muhammadiyah tak mampu mendanai operasional organisasi. Sedangkan, kalau bisnis saja, Muhamamdiyah bukan lembaga bisnis.

Menurutnya, yang dimaksud dengan usaha adalah mampu menghidupkan diri sendiri untuk operasional. Namun, orientasinya bukan keuntungan. Nilai sosialnya tecermin dari adanya subsidi silang dari masyarakat yang mampu untuk masyarakat yang tidak mampu.

 

Persentase subsidi silang tersebut diserahkan kepada pengurus wilayah masing-masing dan tidak diatur pusat. Pada milad ke-101 Muhammadiyah, Yunahar ingin meningkatkan kualitas amal usaha yang ada ormas Islam ini.

Ia melihat dari segi kuantitas sudah banyak. Namun, amal usaha yang ada saat ini belum mempunyai kualitas yang seragam. Sesuai tema milad, “Meraih Keunggulan untuk kemajuan Bangsa”, Muhammadiyah didirikan bukan untuk warga Muhammadiyah dan orang Islam saja.

Muhammadiyah ada untuk bangsa Indonesia. Ia menguraikan makna ini. Di Kupang, Nusa Tenggara Timur, misalnya, 70 persen mahasiswa universitas milik Muhammadiyah di sana merupakan penganut agama Kristen. Begitu juga di Manokwari, Papua.

Yunahar mengakui Muhammadiyah masih sangat kurang dalam bidang ekonomi. Saat ini, harus terus berusaha untuk mengembangkannya agar juga bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar. “Kami dirikan minimarket,” katanya.

Bahkan, beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah didorong agar masuk bisnis. Menurut Yunahar, ini juga sesuai dengan visi pemerintah agar perguruan tinggi jangan membiayai dirinya hanya dari sumbangan pendidikan mahasiswanya. Harus ada usaha lain.

Seperti dilakukan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang membeli taman rekreasi. Menurutnya, amal usaha di organisasi bentukan Kiai haji Ahmad Dahlan ini dimulai dari kecil dan secara bertahap mampu mengembangkan diri.

Di bidang dakwah, Yunahar menjelaskan, peningkatan difokuskan bagaimana agar mampu menjawab persoalan zaman. Berdakwah di bidang multimedia dan media sosial juga dirasa masih kurang. Oleh karena itu, mesti ada langkah terobosan.

Diluncurkannya TV Muhammadiyah (TVMu) awal pekan lalu menjadi salah satu cara meningkatkan jangkauan dakwah. Yunahar menilai sumber daya manusia bukanlah penyebabnya. Karena itulah, hal ini tengah dievaluasi.

Ke depannya hal ini akan menjadi perhatian. Muhammadiyah memulainya dari kelembagaan dulu. Namanya Majelis Pustaka dan Informasi. Majelis inilah yang bertugas mewujudkan itu, baik melalui website atau blog, radio, dan televisi.

Untuk mengatasi kekurangan itu, pimpinan pusat Muhammadiyah mengingatkan dan mendorong agar lebih baik. Ia berharap kelemahan ini bisa diperbaiki. Cendekiawan Muslim Didin Hafidhuddin bersyukur ada pengembangan amal usaha oleh ormas Islam.

Misalnya, amal usaha yang dikembangkan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), dan ormas lainnya. Ia mengatakan, apa yang mereka lakukan merupakan bentuk kebaikan dan nyata dirasakan masyarakat manfaatnya.

“Hanya kini persoalannya bagaimana menyinergikan kegiatan berbagai ormas yang ada satu sama lain,” kata Didin. Menurutnya, jangan organisasinya saja yang menonjol, tetapi harus umatnya secara keseluruhan.

Sekuat apa pun suatu organisasi tidak bisa mengerjakan sendiri, kecuali dengan bekerja sama. Ia menilai kerja sama yang nyata antarormas belum terdengar gaungnya. Padahal amal usaha, seperti sekolah yang dimiliki Muhammadiyah, banyak yang telah berstandar internasional.

Didin mengakui mengajak bersatu memang sulit dijalankan meski mudah diucapkan. Amal usaha yang dilakukan ormas telah maksimal dilakukan, tapi dampaknya akan lebih terasa bila bekerja sama dengan berbagai pihak.

Contohnya, pengiriman dai ke daerah. Pengiriman ini membutuhkan biaya besar, mulai dari pelatihan, biaya hidup, dan manajemen. Dengan adanya kerja sama tentu akan lebih mudah terlaksana. Didin mengimbau sebaiknya kerja sama dilakukan secara sektoral.

Misalnya, di bidang perbankan atau pendidikan. Nota kesepahaman dibuat, tetapi sebagai payung hukum. Ia menilai memasuki tahun baru Islam menjadi momentum yang pas untuk mewujudkannya. Ormas-ormas Islam bersinergi dalam mengembangkan amal usaha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement