Jumat 22 Nov 2013 19:10 WIB

Hikayat Islam di Negeri Tirai Bambu

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Heri Ruslan
masjid di Cina
masjid di Cina

REPUBLIKA.CO.ID,  Islam datang ke Negeri Tirai Bambu tak berjarak lama dari era Rasulullah, yakni sekitar abad ketujuh. Sejarah mencatatnya, tapi banyak legenda yang diyakini Muslim Cina mengenai siapa pembawa bendera Islam kali pertama ke negeri mereka.

Ada yang percaya, dia adalah salah seorang paman Rasulullah dan makamnya berada di Kanton. Yang lain, percaya penyebar dakwah Islam ke Cina merupakan empat utusan Rasulullah yang datang saat era Dinasti Tang. Mereka membagi tugas dakwah di Guang Zhou, Yang Zhou, dan dua lain di Quan Zhou. Ada pula empat makam yang diyakini sebagai makam mereka. Hingga kini, makam-makam tersebut pun sangat dihormati Muslim Cina.

Namun, legenda-legenda tersebut hanya menjadi dongeng sebelum tidur mengingat tak adanya bukti kuat yang membenarkannya. Para cendekiawan Cina mencatat, Islam datang ke Cina saat era kekhalifahan Usman bin Affan. Tak jelas siapa yang diutus ke Negeri Panda tersebut. Tapi, beberapa menyebutkan, sahabat Rasulullah Sa'ad bin Abi Waqqas yang diutus khalifah untuk berdakwah di sana. Saat itu, Dinasti Tang (618-905 M) yang tengah berkuasa di daratan Cina.

Mengenai kapan tahun pengutusan Usman tersebut, menurut Chen Yuen dalam A Brief Study of the Introduction of Islam to Cina, Islam masuk pada 30 Hijriyah atau 651 Masehi. Kaisar yang memimpin dari Dinasti Tang saat itu ialah Kaisar Yung Wei atau Yong Hui.

Tapi, menurut Thomas Arnold dalam The Spread of Islam in the World, dalam riwayat Dinasti Tang Tua disebutkan bahwa negara Da Si, yakni penyebutan kekhalifahan Islam oleh Cina, mengirim utusan kehormatan ke istana Tang pada 651 saat keemimpinan Kaisar Gao Zong.

Menurut Thomas, hubungan antara Arab dan Cina saat itu sebatas hubungan diplomatik. Sejak saat itu, keduanya saling mengirimkan utusan diplomatic, sehingga terjalin hubungan persahabatan yang erat. Setuju dengan pendapat Thomas, Tan Ta Sen dalam bukunya Cheng Ho; Penyebar Islam dari Cina ke Nusantara menuturkan, Kedatangan Islam ke Cina merupakan produk sampingan dari perdagangan dan ikatan diplomatik Cina-Arab semasa Dinasti Tang dan Dinasti Song. Kontak Cina dengan bangsa Arab sejak abad ketujuh memang berbeda atau bertolak belakang dengan pendekatan proaktif dan agresif di dunia Arab dan Asia Tengah. “Tidak ada upaya yang dikerahkan oleh para pendakwah dan penguasa Arab, seperti halnya khalifah,” ujar Tan.

Dalam perkembangannya, banyak saudagar Arab yang singgah, bahkan bermukin di Cina. Mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas Muslim di pusat-pusat perdagangan. Perkembangan Islam makin menjadi ketika era kekhalifahan Abbasiyyah. Menurut Philip K Hitti dalam History of the Arabs, kala itu perdagangan mulai dikuasai Muslimin. Para pedagang Muslim di bagian Timur pun telah banyak yang berhasil menjelajah Cina. Bahkan, menurut Hitti, hubungan perdagangan Arab-Cina telah terbentuk sejak abad ketiga Hijriyah.

Menurut Tan, sejak abad ketujuh hingga abad ke-13, komunitas Muslim tumbuh sangat pesat. Mereka kemudian tersebar di berbagai wilayah Cina, seperti Chang-An (Xi-An), Yangzhou, Ningpo, dan kota-kota pelabuhan Guangzhou dan Quanzhou di Cina hingga Champa di semenanjung Indocina. Bahkan, di Kota Guang Zhow, menurut Farnce Wood dalam Hugh Kennedy dalam The Great Arab Conquests, terdapat sebuah masjid tertua Cina yang setiap Jumat jamaahnya mencapai 2.000 Muslim.

Mi shou Jiang dalam bukunya Islam in China menyebutkan, pada periode abad ketujuh hingga abad ke-13, jumlah Muslimin Cina mencapai 20 juta jiwa. Angka tersebut pun terus mengalami perkembangan signifikan. Dakwah Islam pun mencapai Hong Kong, Macau, dan Taiwan. Periode tersebut, yakni pada era Dinasti Tang dan Dinasti Song, dianggap sebagai periode pertama dan periode pesatnya Islam di negeri tembok raksasa.

Saat periode tersebut, menurut Jiang, banyak pedagang, utusan militer, maupun utusan diplomatik yang membaur dengan warga setempat. Kemudian, banyak terjadi pernikahan silang. Kehadiran Muslimin tersebut pun tak dianggap ancaman. Warga Cina menganggap mereka datang karena urusan bisnis dan negara, bukan untuk kepentingan dakwah. Alhasil, kedatangan mereka dihormati, penguasa Cina juga memberi izin untuk mereka tinggal dan menetap di Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement