REPUBLIKA.CO.ID, Bersyahadat Bersama Suami
Terkejut. Itulah yang dirasakan Sara tatkala suatu hari suaminya yang selama ini enggan membicarakan Islam tiba-tiba ingin bersyahadat bersamanya. Hal tersebut ber mula saat ayah mertua Sara meninggal dunia. Beberapa saat setelah kabar kematian itu datang, suaminya mendapat kiriman Alquran dari seorang teman Sara di kegiatan “Hari Dakwah”. Pasangan suami istri ini kemudian takziah ke Melbourne, tempat jenazah dimakamkan.
Di tengah kedukaan, Sara terkesima dengan pengurusan jenazah Muslim yang sangat sederhana. Meski suami Sara bukan seorang Muslim, ia merupakan keturunan Tur ki Muslim. “Saya sangat terkesan, itu sangat sederhana, indah. Orang-orang menempatkan ayah di liang lahat dengan tangan mereka. Hal itu benar-benar membuat saya tersentuh. Saya pikir itu benar-benar indah. Jadi, itu semua adalah bagian yang juga datang dari Islam,” kata Sara.
Sepulang dari pemakaman, Sara berbincang dengan sang suami di dalam mobil. Sara menyatakan telah memantapkan hati untuk bersyahadat dan benar-benar akan memeluk agama Islam. “Aku ingin melantunkan syahadat hari ini,” ujar Sara kepada sang suami.
Sungguh mengejutkan karena Sara tak mendapati penolakan ataupun penyangkalan dari sang suami. Lebih mengejutkan lagi, suaminya juga menyatakan keinginan untuk menjadi Muslim. “Aku terkejut sekaligus gembira. Selama ini, aku khawatir apa yang akan terjadi jika aku menjadi seorang Muslim sementara suami tak menginginkannya.”
Malam itu, Sara bersama suami memasuki masjid. Disak sikan sejumlah kerabat dan te man, mereka duduk di depan seorang imam. Keduanya pun mengucapkan syahadat, meyakini satu tuhan, yaitu Allah, dan memulai perjalanan hidup sebagai seorang Muslim dan Muslimah.