REPUBLIKA.CO.ID, Kegiatan harian yang rutin dilakukan di Jakarta Islamic Center (JIC) ialah pengajian, siaran radio, dan penerbitan.
Masjid yang dibangun di lahan bekas prostitusi ini juga menyelenggarakan pendidikan formal.
Dari berbagai kegiatan tersebut, Karim mengaku ada beberapa kendala yang dihadapi selama diselenggarakan berbagai kegiatan.
Kedudukan JIC yang jauh di Jakarta Utara sulit dijangkau masyarakat dari wilayah lain. “Idealnya setiap ada kegiatan disediakan feeder dari berbagai penjuru, seperti ke PRJ. Kalau aksesnya mudah, pasti masyarakat antusias datang ke JIC,” ujar Paimun.
Disinggung soal anggaran, lanjutnya, tidak menjadi kendala karena ang garan JIC ditanggung Pemda DKI Jakarta. Ini menjadikan biaya operasional JIC tak jadi soal.
Namun, ia mengaku masih ada program yang belum tergerap oleh JIC, yaitu kegiatan usaha untuk meningkatkan perekonomian. Program ini belum terlaksana di masjid yang berada di areal lebih dari 10 hektare ini.
Pihak JIC menyadari penuh pentingnya wirausaha tersebut. Kini sedang dibangun hotel 10 lantai, convention hall dengan kapasitas 1.000 kursi, serta lima lantai untuk perkantoran. “Insya Allah, tahun ini semua bangunan tersebut selesai. Tahun depan siap launching sehingga JIC ada kegiatan usaha,” tutur Paimun.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi pekerjaan ke depan. Langkah awal yang dilakukan pada pekan depan (24/5) akan berkumpul para pengusaha Muslim yang tergabung di Indonesia Islamic Bisnis Forum.
Bersama Happy Trenggono, para pengusaha Muslim ini membahas mengenai bentuk pemberdayaan perekonomian seperti apa yang bisa diupayakan JIC. Selanjutnya, jika misi ini berhasil, usaha tersebut tinggal ditularkan ke pada masjid-masjid lain yang ada di Indonesia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika