Kamis 08 Nov 2012 15:11 WIB

Said Nursi, Ulama dan Pemikir Agung dari Turki (2)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi potret Said Nursi.
Foto: timesofummah.com
Ilustrasi potret Said Nursi.

REPUBLIKA.CO.ID, Sukran Vahide membagi kehidupan Said Nursi menjadi tiga periode.

Periode pertama adalah Said Qadim (Said Lama). Periode ini dimulai dari kelahirannya sampai tahun 1920 ketika terjadi transformasi spiritual dalam diri Said Nursi. Nursi sendiri menamainya sebagai Said Qadim.

Periode kedua kehidupannya disebut Said Jadid (Said Baru). Periode itu berlangsung sejak 1920 sampai dengan 1950.

Ketiga adalah Third Said (1950-1960). Sejak kecil, Said Nursi telah menunjukkan kepandaiannya. Ia merupakan seorang anak yang cerdas dan kritis. Ia mulai mempelajari ilmu agama dan ilmu lainnya pada usia sembilan tahun.

Ia pertama kali belajar pada madrasah yang dipimpin Muhammad Afandi di Desa Thag pada 1886. Ia juga menimba ilmu dari para ulama terkenal di daerahnya.

Pada 1891, ia bersama seorang temannya berangkat menuju madrasah di Bayezid, satu daerah di Turki Timur. Di tempat itulah, Said Nursi mempelajari ilmu-ilmu agama dasar karena sebelum itu ia hanya belajar Nahwu dan Sharaf.

Dalam belajar, Said Nursi menunjukkan kesungguhannya. Dalam waktu tiga bulan, Said Nursi telah membaca seluruh buku. Ia menguasai sekitar 80 kitab, di antaranya “Jam’u al-Jawami”, “Syarh al-Mawakif”, dan “Tuhfah”.

Pada 1894, Said Nursi berangkat menuju KotaVan atas undangan wali kotanya yang bernama Hasan Pasya. Dalam waktu yang relatif singkat, ia mampu menguasai matematika, ilmu falak, kimia, fisika, geologi, filsafat, sejarah, geografi, dan lain-lain.

Berkat kecerdasan dan kemampuannya menguasai beragam ilmu pengetahuan itulah, sang pemikir agung ini dijuluki Bediuzzaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement