Senin 29 Oct 2012 13:35 WIB

Seluk-Beluk Harta Pencaharian (3-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ulama Mazhab Hanafi menolak alasan Imam asy-Syafi'i dengan mengemukakan tiga alasan berikut:

1. Perkongsian tenaga dan perkongsian kepercayaan sudah umum dikerjakan orang dalam beberapa generasi tanpa seorang pun yang membantahnya, dan Nabi Muhammad SAW pemah bersabda, “Sungguh umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan.” (HR. Ibnu Majah).

2. Baik perkongsian tenaga maupun perkongsian kepercayaan sama-sama mengandung pemberian kuasa (wakalah). Sedangkan pemberian kuasa hukumnya boleh. Maka sesuatu yang mengandung kebolehan tentulah boleh hukumnya.

3. Tentang alasan Imam asy-Syafi'i yang mengatakan bahwa perkongsian itu diadakan untuk mengembangkan harta sehingga oleh karenanya harus ada modal yang berupa harta yang akan dikembangkan.

Ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa diadakannya perkongsian itu untuk mengembangkan harta hanya dapat diterima mengenai perkongsian dengan modal.

Perkongsian tenaga dan perkongsian kepercayaan diadakan bukan untuk mengembangkan harta, melainkan untuk mencari harta, sedangkan menghasilkan harta lebih diutamakan daripada kebutuhan mengembangkan harta. Oleh karena itu, disyariatkannya perkongsian untuk menghasilkan harta adalah lebih utama lagi.

Ulama sependapat mengenai bolehnya perkongsian pada umumnya. Hal ini didasarkan pada Hadis Qudsi yang berbunyi, Allah berfirman, “Aku adalah kongsi ketiga dari dua orang yang berkongsi selama salah seorang di antara keduanya tidak mengkhianati kongsinya yang lain. Apabila ia mengkhianatinya, maka Aku keluar dari perkongsian itu.” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim).

Hadis qudsi di atas tidak hanya menunjukkan bolehnya berkongsi, bahkan menunjukkan bahwa perkongsian itu suatu perbuatan yang baik, sehingga Allah SWT sendiri mau menyertai selama tidak terjadi pengkhianatan dalam perkongsian itu.

Perkongsian itu juga merupakan salah satu jalan untuk mencapai karunia Allah SWT, sedangkan mencapai karunia Allah SWT dianjurkan dalam Islam berdasarkan firman Allah SWT dalam surah al-Jumu’ah (62) ayat 10.

sumber : Ensiklopedi Hukum Islam
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement