Senin 29 Oct 2012 13:11 WIB

Seluk-Beluk Harta Pencaharian (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam hukum Islam, harta bersama suami istri digolongkan pada syarikah abdun mufwadah (perkongsian tenaga dan perkongsian tak terbatas).

Hukumnya boleh menurut Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali, sedangkan Mazhab Syafi'i tidak membolehkannya.

Walaupun dalam fikih Islam gana-gini ini pada dasarnya tidak diatur secara jelas, namun keberadaan gana-gini paling tidak, sebagian ulama Indonesia cenderung dapat diterima.

Hal ini disebabkan pada kenyataannya banyak suaml istri dalam masyarakat Indonesia sama-sama membanting tulang berusaha mendapatkan nafkah hidup keluarga sehari-hari dan sekadar harta simpanan untuk masa tua mereka.

Kalau keadaan memungkinkan, juga untuk sedikit peninggalan buat anak-anak sesudah mereka meninggal dunia. Pencarian bersama itu dikategorikan syarikah mufawadah, karena memang perkongsian suami istri itu tidak terbatas.

Apa saja yang mereka hasilkan selama dalam masa perkawinan menjadi harta bersama, kecuali yang mereka terima sebagai warisan atau sebagai pemberian khusus untuk salah seorang di antara mereka berdua.

Imam asy-Syafi'i tidak membolehkan perkongsian kepercayaan karena pengertian syarikah menghendaki percampuran. Percampuran hanya ada pada modal. sedangkan pada perkongsian tenaga dan perkongsian kepercayaan tidak ada modal (pokok).

Oleh karena itu, kedua macam perkongsian yang tidak bermodal ini tidak sah. Lagi pula, maksud diadakannya perkongsian adalah menambah kekayaan dengan jalan berdagang.

Karena orang tidak sama pandainya dalam berdagang, diadakan perkongsian untuk memberi jalan kepada orang yang kurang pan dai berdagang untuk mengembangkan kekayaannya yang berupa modal.

sumber : Ensiklopedi Hukum Islam
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement