REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berharap Aisyiyah memperkaya kembali pemahamannya tentang Islam untuk mengembangkan gerakan praksis sosial ditengah masyarakat.
Memperkaya kembali konsep Islam tersebut menurut Haedar bisa dilakukan dengan membaca dan memahami kembali konsep Islam yang sudah dirumuskan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
"Kita harus menjadi subyek sekaligus juga yang mencerahkan. Kalau kita ingin gagasan Islam yang berkemajuan menjadi mainstrem maka gerakan praksis di Indonesia harus dimulai dari kita sendiri," tandasnya saat menjadi pembicara dalam sidang Tanwir Aisyiyah hari kedua di STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Sabtu (20/10).
Sidang Tanwir I Periode 2010-2015 sendiri diikuti sekitar 300 pimpinan wilayah dan pimpinan daerah Aisyiyah. Tanwir kali ini mengambil tema Aisyiyah Jelang Satu Abad : Gerakan Praksis Sosial Al Maun untuk Kemajuan Bangsa.
Dikatakan Haedar, Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah menjalankan gerakan praksis sosial selama satu abad namun hal tersebut belum cukup. Harus ada perubahan dan inovasi dalan gerakan tersebut. Dan hal ini harus dimulai dari diri sendiri. "Kalau kita tidak punya apa-apa bagaimana mau memberi apa-apa," tegasnya.
Karena itulah menurut Haedar, Aisyiyah harus memperkaya pemahaman Islam kembali untuk pengembangan gerakan praksis sosial tersebut. Selain membaca kembali konsep Islam yang dirumuskan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan Aisyiyah untuk memperkaya pemahaman Islam tersebut.
Langkah itu antara lain, dengan menumbuhkembangkan kembali tradisi keilmuan di Aisyiyah dan Muhammadiyah. "Ini melatih kita untuk selalu berfikir. Tradisi diskusi, dialog, meneliti ini harus dikembangkan. Dimana lawannya adalah tradisi ngobrol, ngrumpi, leyeh-leyeh ini diperangi. Saya tawarkan hari membaca, tiada hari tanpa membaca. Tiada hari tanpa membaca, dengan membaca inspirasi ini muncul," tambahnya.