REPUBLIKA.CO.ID, Dalam Bahasa Arab, fiqh berarti pemahaman mendalam. Sedangkan al-muqaran berarti perbandingan.
Jadi, Fiqih Muqaran berarti pembahasan fikih dalam berbagai mazhab, baik dengan deskripsi maupun dengan mentarjih (menguatkan) salah satu pendapat.
Dalam karya ulama fikih klasik tidak ditemukan definisi yang secara khusus menjelaskan arti fikih muqaran.
Namun, itu tidak berarti mereka tidak membahas substansi fikih muqaran tersebut. Banyak dijumpai buku klasik yang membahas fikih dengan cara membandingkan pendapat dari berbagai mazhab.
Buku fikih tersebut di antaranya adalah “Bada' As-Sama” yang disusun oleh Imam Alauddin Abi Bakr bin Mas'ud bin Ahmad Al-Kasani (ahli fikih Mazhab Hanafi, wafat 587 H/1191 M). “Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid” oleh lbnu Rusyd (ahli fikih Mazhab Maliki), “Al-Majmu' Syarh al-Muhazzab” oleh Imam an-Nawawi (ahli fikih Mazhab Syafi'i), dan “Al-Mugni” oleh Imam Ibnu Qudamah (ahli fikih Mazhab Hanbali).
Setelah membahas literatur klasik yang membahas fikih dengan cara perbandingan, ulama fikih kontemporer mengemukakan beberapa definisi. Muhammad Taqiy al-Hakim, ahli usul fikih dan fikih muqaran mengemukakan dua definisi fikih muqaran.
Definisi tersebut adalah, mengumpulkan berbagai pendapat dalam masalah fikih tanpa melakukan preferensi (tarjih) terhadap pendapat-pendapat tersebut dan definisi kedua adalah mengumpulkan berbagai pendapat dalam masalah fikih, meneliti, membandingkan dengan mengemukakan alasan masing-masing, serta menguatkan satu pendapat dari pendapat lainnya.