REPUBLIKA.CO.ID, ‘’Murah... Murah...‘’ para pedagang menawarkan dagangannya kepada jamaah calon haji asal Indonesia.
‘’Ini berapa?’’ tanya seorang jamaah haji asal Banten menunjuk boneka unta yang bisa bersuara.
‘’Satu 10 riyal,’’ jawab pedagang itu dengan bahasa Indonesia yang fasih.
‘’Beli 10 saja,’’ kata jamaah calon haji itu sambil menyerahkan uang pecahan 100 riyal.
Begitulah suasana di Pasar Jakfariyah di Kota Makkah, Arab Saudi, Rabu (3/10) sore. Orang Indonesia menyebutnya Pasar Borong. Di pasar inilah jamaah haji Indonesia biasa memborong berbagai jenis barang untuk buah tangan ke Tanah Air.
Hampir setiap toko di Pasar Borong dikerumuni jamaah haji Indonesia. Jamaah haji dari negara lain, seperti Turki dan Thailand juga tampak menawar barang-barang yang akan dibelinya.
Pasar Borong terbilang lengkap. Aneka jenis oleh-oleh haji tersedia lengkap di pasar ini. Mulai dari parfum, sajadah, tasbih, kopiah, syal, pasmina, abaya, mainan, serta aneka jenis peralatan rumah tangga tersedia di sini.
Jamaah haji Indonesia senang berbelanja di pasar ini. Betapa tidak, semua jenis barang ditawarkan dengan harga grosir. Sekali beli, jamaah bisa membeli barang dalam jumlah yang cukup banyak.
Terlebih, jarak Pasar Borong dari Masjidil Haram tak terlalu jauh. ''Cuma 1.000 meter jaraknya dari Masjidil Haram,'' tutur Zaini, seorang mukimin.
''Harga barang di sini terbilang murah dibandingkan di tempat lain,'' ujar Mujiono, jamaah calon haji dari Surabaya. Sementara, jamaah asal Jakarta, Siti Nawang Tjintana menyatakan agar jamaah pintar-pintar menawar jika berbelanja di sana.
Tak hanya jamaah haji yang berbelanja di pasar ini. Menurut Zaini, pria kelahiran kota Makkah, para pedagang kaki lima di sekitar Masjidil Haram juga berbelanja barang dari Pasar Borong. Tak heran, jika harga barang-barang yang dijual di kaki lima harganya lebih mahal dibandingkan di Pasar Borong.
Jika berbelanja ke Pasar Borong sebaiknya tak menjelang waktu shalat. ‘’Paling enak itu belanja pagi hari, sekitar jam 09.00,’’ kata Zaini. Jika waktu masih jauh ke saat shalat lima waktu, jamaah haji bisa memilih dan mencari barang dengan leluasa.
Menjelang waktu shalat wajib, para pedagang akan segera menutup kiosnya. ‘’Shalat... shalat..’’ teriak para pedagang. Lampu-lampu yang menerangi kios pun dimatikan dan rollling door kios pun ditutup. Para pedagang segera menghamparkan karpet di lorong utama Pasar Borong. Mereka segera mengambil wudhu dan menunaikan shalat Maghrib berjamaah. Seusai shalat, para pedagang membuka kiosnya.
Setiap musim haji, pedagang dadakan bermunculan. Di sekitar pemondokan jamaah haji pasti tersebar toko-toko yang menawarkan aneka barang oleh-oleh khas haji. Pedagangnya pun pintar berbahasa Indonesia. Jamaah haji Indonesia sangat disukai para pedagang di Tanah Suci karena gemar belanja. Di mana ada toko, di situ ada jamaah haji Indonesia.