Kamis 20 Sep 2012 20:40 WIB

KH Ali Ma'shum, Perintis Pesantren Alquran di Indonesia (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
KH Ali Ma'shum.
Foto: blogspot.com
KH Ali Ma'shum.

REPUBLIKA.CO.ID, Biasanya, bila seorang guru atau kiai mengajar putra kiai lain, ia akan memperlakukannya dengan istimewa karena hormat pada orang tuanya.

Tapi, kebiasaan tersebut tidak berlaku di sebuah pondok pesantren di Krapyak, Yogyakarta. Beberapa putra kiai yang menimba ilmu di pesantren itu diperlakukan sangat keras seperti para santri lainnya oleh sang guru yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren.

Pihak pesantren menerapkan waktu belajar yang ketat, sejak Subuh hingga pukul 21.00 malam. Para putra kiai itu tidak bisa bersikap seenaknya. Mereka harus melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai santri.

Pelajaran suatu kitab yang sudah lewat harus dipahami dengan baik. Kapan saja mereka harus bisa menjawab pertanyaan guru, atau menerangkan kembali maksud pelajaran tersebut ketika diminta.

Setiap hari mereka harus hafal bait-bait kitab tertentu. Kalau tidak bisa, sang guru akan menghukumnya dengan berdiri terus sampai bisa hafal. Siapakah sosok sang guru tersebut?

Dia tidak lain adalah KH Ali Ma’shum, menantu KH Munawir, sang tokoh pendiri Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia dipercaya untuk melanjutkan memimpin Pesantren Krapyak sepeninggal Kiai Munawir.

Ali, begitu nama aslinya. Ia dilahirkan pada 15 Maret 1915 di Lasem, sebuah kota kecil yang terletak di sebelah timur dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kota Lasem tidak bisa dipisahkan dari nama Mbah Ma’shum, seorang ulama pengasuh Pesantren Al-Hidayat.

Mbah Ma’shum tidak lain adalah ayahanda Kiai Ali dan juga merupakan salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Kiai Ali merupakan putra sulung Mbah Ma’shum dengan istrinya, Nyai Nuriyah.

Dalam buku “Menapak Jejak Mengenal Watak: Sekilas Biografi 26 Tokoh Nahdlatul Ulama” disebutkan bahwa ketika Ali berumur 12 tahun, ia dikirim ke Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur untuk belajar pada KH Dimyathi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement