Senin 30 Jul 2012 05:55 WIB

Inilah Peta Dakwah Muhammadiyah

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.
Foto: Republika/Agung Supri
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

REPUBLIKA.CO.ID,  Jakarta –- Islam tidak mengenal kelas sosial. Agama Islam itu menganut paham egalitarianisme, semua manusia sama, kecuali derajat ketakwaan. Karenanya, dalam Islam tidak ada manusia yang istimewa, walaupun mereka kaya atau berpangkat. Hal ini pula sesungguhnya yang dianut oleh Muhammadiyah.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dalam acara pembukaan pengajian ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah kantor Jakarta, Ahad (29/7) di Aula Rumah Sakit Islam Jakarta.

Kelas sosial bagi Muhammadiyah, menurut Din, hanya untuk kepentingan dalam objek dakwah saja, bukan untuk membeda-bedakan masyarakat. “Pada dasarnya Muhammadiyah sendiri sangat egaliter, antara pusat dengan wilayah, daerah dan cabang, kita sangat egaliter,” jelasnya. Namun dalam masyarakat umum, kelas sosial ada dan perlu dipetakan oleh Muhammadiyah.

Sebagai gerakan pencerahan, kata Din, Muhammadiyah sejak awal kelahirannya, memiliki tiga dimensi. Dimensi pertama adalah membebaskan. “Membebaskan manusia dari berbagai hal, bukan hanya tahayul, bid’ah dan khurafat, tetapi juga dari kemiskinan dan kebodohan,” katanya.

Kedua, Muhammadiyah selalu melakukan pemberdayaan. “Ini adalah pengembangan selanjutnya yaitu memberdayakan masyarakat, agar mereka mampu hidup secara mandiri, dan itulah yang akan mendorong sebuah masyarakat berkemajuan, sehingga tercipta khaero ummah,” tegasnya. Ini semua sudah dilakukan Muhamamdiyah setiap saat.

Ketiga, Muhammadiyah kemudian memajukan masyarakat. Memajukan menurut Din sangat penting sebab dunia selalu berubah dan selalu terjadi kemajuan. Dengan berbagai perkembangan teknologi, maka Muhammadiyah kemudian melakukan berbagai kemajuan.

Indonesia yang sangat terbuka dengan globalisasi, kata Din, kemudian berimbas pada liberalisasi. Arus kebebasan. “Bahkan arus kebebasan saat ini menjadi sangat cepat dan libera, sebagai akibat dari kebebasan,” katanya. Bahkan kebebasan dan liberalisasi yang terjadi di Negara kita kemudian menimbulkan persaingan yang terkadang tidak sehat. Menurutnya, akibat persaingan itu ada hal-hal positif, ada juga yang negatif.

Kelas menengah dalam masyarakat merupakan sebuah kelompok masyarakat yang ditandai oleh orientasi-orientasi yang bersifat independensi, baik pada ekonomi, maupun akal rasional. Kelas menengah ini kata Din, seringkali melakukan perubahan. “Perubahan sering dilakukan oleh kelas menengah,” tegasnya.

sumber : muhammadiyah.or.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement