Jumat 27 Jul 2012 13:38 WIB

Perjuangan Kaum Pincalang

Rep: Irwan Kelana/ Red: Chairul Akhmad
Sampul depan buku Pincang.
Foto: blogspot.com
Sampul depan buku Pincang.

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia adalah negeri yang kaya dengan tradisi dan budaya. Tetapi, belum banyak penulis yang mencoba mengeksplorasinya ke dalam karya kreatif, khususnya novel.

Padahal, dari karya-karya yang berbasis kebudayaan dan tradisi Indonesia itu masyarakat bisa belajar banyak hal, terutama tentang kearifan lokal. Di sana, masyarakat juga bisa menimba ilmu keislaman melalui potret kehidupan para tokohnya.

Salah satu novel yang mencoba mengangkat kearifan lokal adalah Pincalang yang ditulis sastrawan dan wartawan budaya bernama Idris Pasaribu. Sesuai judulnya, novel ini menyajikan kisah perjuangan manusia Pincalang, yakni manusia perahu di pesisir Pantai Barat Sumatra di Lautan Hindia yang buas dan ganas.

Tokoh utama novel ini adalah Amat. Selama hidupnya, ia ikut dengan ayahnya mengelilingi lautan. Di atas perahu itu pula, ia dilahirkan ibunya. Sejak berusia lima tahun, di atas perahu itu pula Amat belajar shalat dan mengaji dari ibunya.

Ayah Amat mengajarinya menaik-turunkan layar, mengemudi, melihat bintang, merasakan angin, dan belajar mencium bau karang dari haluan, lambung, dan buritan.

Orang Pincalang hidup dari pulau ke pulau, membuat kopra, memasak minyak, menangkap ikan, dan membuat ikan asin. Mereka membuat arang dari kayu bakau yang sangat terkenal keharumannya dan sedikit sekali mengeluarkan asap. Mereka diajarkan kearifan lokal dengan menjaga laut agar mendapatkan yang terbaik dari alam.

Setelah Amat dewasa dan berkeluarga, ia bertekad memajukan masyarakatnya agar tidak dibodohi oleh orangorang darat.

Judul Buku   : Pincalang

Penulis          : Idris Pasaribu

Penerbit       : Salsabila

Cetakan        : I, April 2012

Tebal             : 256 halaman

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement