REPUBLIKA.CO.ID, Di balik dominasi laki-laki dalam sejarah, ternyata ada sejumlah perempuan hebat yang menjadi penguasa, sebagai ratu atau permaisuri, presiden atau perdana menteri. Kaum elite perempuan ini—yang berkuasa melalui suksesi dinasti, pemilu demokratis, atau de ngan cara lain—telah mencapai ke pemimpinan tertinggi dalam politik.
Beberapa di antara mereka bahkan menjadi tokoh sangat berpengaruh dan kharismatik dalam sejarah dunia. Mereka adalah perempuan-perempuan yang turut menjadi penentu sejarah.
Buku Queen, Empress, Concubine melukiskan dengan jelas potret kehidupan 50 perempuan luar biasa yang memegang posisi politik sangat dominan dalam sejarah, dari Ratu Syeba di zaman kuno hingga Perdana Menteri Benazir Bhutto di era modern.
Sejumlah nama mungkin sudah sangat dikenal oleh masyarakat dewasa ini. Sebut saja Ratu Syeba, Izebel (Ratu Israel), Cleopatra VII Thea Philopator (Ratu Mesir), Isabella ‘Sang Wanita Serigala’ (Ratu Inggris), Margaret I (Ratu Denmark), Margaret dari Anjou (permaisuri Henry VI dari Inggris), Isabella (Ratu Castile), Elizabeth I (Ratu Inggris), Mary Tudor (Ratu Inggris), Mary (Ratu Skotlandia), Nur Jahan (maharani India), dan Anne dari Austria (permaisuri Louis XIII dari Prancis).
Selain itu, Catherine Yang Agung (Kaisarina Rusia), Golda Meir (Perdana Menteri Israel), Indira Gandhi (Perdana Menteri India), Eva Peron (istri Presiden Argentina Juan Peron), Margaret Tatcher (Perdana Menteri Inggris), Elizabeth II (Ratu Inggris Raya dan Irlandia Utara), dan Benazir Bhutto (Perdana Menteri Pakistan).
Setiap profil tokoh digambarkan dengan jelas dalam konteks dan budaya setempat kala itu, sehingga memungkinkan penulis—peneliti dari Inggris yang meraih gelar master dalam bidang sejarah abad pertengahan—untuk tidak hanya menceritakan kisah hidup tokoh-tokoh perempuan yang penuh keberanian dan ketegasan ini, melainkan juga menyuguhkan informasi memikat perihal sejarah sosial alternatif selama 3.500 tahun terakhir.
Penulis menegaskan, para perempuan tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sejarah. Ia mencontohkan, pencapaian Elizabeth I yang mengubah Inggris menjadi kekuatan utama Eropa, dan Catherine yang Agung, putri gelap raja Jerman yang membawa Rusia yang sedang tertatih-tatih memasuki dunia modern.
Atau, Zenobia, putri Palmyra yang menaklukkan Roma, Cyrus Yang Agung, dan Kaisarina Wu Hou, yang kekaisarannya memberikan fondasi untuk masa keemasan Cina.
Langkah-langkah para perempuan pemberani dan tegas itu untuk naik ke tampuk kekuasaan dan mem pertahankan kekuasaannya pun sangat beragam, dan seringkali tidak biasa. Misalnya, Catherine de Medecis, yang menempatkan sebuah “pasukan terbang” terdiri atas para wanita bangsawan yang cantik dan bertugas memeras rahasia dari para pria yang menjadi mangsa mereka yang malang.
Ada pula melalui jalan menjadi selir, gundik, maupun cara lain yang lebih tersamar yakni membisikkan kebijakan di telinga para pangeran yang lemah. Ada pula yang mengorbankan kecerdasan dan kecantikannya kepada sang raja untuk memperoleh kerajaan sebagai hadiahnya. Ada yang mengenakan janggut palsu dan memosisikan diri sebagai raja, seperti yang dilakukan Ratu Mesir Hatshepsut, 3.500 tahun yang lalu.
Judul Buku : Queen, Empress, Concubine
Penulis : Claudia Gold
Penerbit : Alvabet
Cetakan : I, April 2012
Tebal : viii+246 hlm